Minggu, 23 Oktober 2016

Puisi Setia Naka Andrian (Media Indonesia, Minggu, 23 Oktober 2016)


(Bukan) Mantan Aktivis

aku bukan aktivis itu
yang mondar-mandir
mentereng dengan jas pekat
berisi logo-logo masa depan
bertaring dengan kancing emas
bergelantungan kenangan
dan doa-doa ayah ibu

sebagai mahasiswa
yang sering lupa jadwal pulang
mengakrabi kampung halaman

aku bukan aktivis itu
yang kerap mendengkur
di gedung-gedung megah
yang katanya diciptakan
dari keringat degub jantung
dan kepalan tangan kirimu

aku bukan aktivis itu
arjuna yang selalu sigap
menggemborkan luapan visioner
tentang masa depan pondasi sarjana
dan segala hal tentang iman
kepada roda ekonomi tetangga

sudahlah, aku bukan aktivis itu
hari-hariku hanya kemalasan, katamu
aku hanya deretan huruf
yang sering lepas
dari tombol-tombol ponselmu
setiap hari
hanya memimpikan daun-daun hijau
bermekaran di atas batu
dan sisa reruntuhan bangunan
tubuhku sendiri

lalu sekarang apa maumu
aku masih sama seperti dulu
setiap pagi hanya menjadi puisi
menjadi koran
yang kerap ditumbuhi berita mati
siang hari,
berkutat bayang-bayang kamar mandi
sore hari menakar hidup
dengan segelas kopi

lalu malamnya lagi,
aku lari darimu
yang sedang memikirkan
banyak perkara
perihal rindu dan benci
yang tumbuh
di belahan dada paling kiri

ah, itu-itu lagi,
katamu,
semua seakan berjarak
menjadi iman
yang terbenam di bak mandi
dan kau tak lagi mau menepi
menemani kesekian kalinya
untuk tidak menjadi masa lalu
yang sering aku lukai

Kendal, Oktober 2016


Sebagian yang Luput

Aku lah sebagian itu
Dari yang luput
di hidupmu
Kita sempat bakar diri

Kepada doa kita
yang sebagian lagi dipisahkan
aku mengeras
di dadamu yang leleh

Sebab sepertiga malam
hingga paginya,
Selepas tubuh-tubuh berjatuhan
Kita seperti waktu
yang beku
Diliburkan setiap kali
Orang-orang sibuk
Memilih diri sendiri

Ia seperti waktu
Menyaksikan masa lalu
yang banyak dicari
di hari paling minggu

Ia seperti pagi, dua hari lalu
kita masih disibukkan
dengan lonceng
dengan sirine
dan gambar atap rumah
yang bocor

Mereka pastikan semua
bahwa tak ada lagi bagian lain
Selain tubuh-tubuh yang tanggal

Kendal, Oktober 2016


4 komentar:

Unknown mengatakan...

Puisi ini memiliki makna yang mudah di pahami

Istiqomah Novitaningrum mengatakan...

ISTIQOMAH NOVITANINGRUM PBSI 3C 15410133
(Bukan) Mantan Aktivis. Saya tidak terlalu paham dengan puisi ini tetapi yang saya tangkap puisi ini mengisahkan tetang seseorang yang bukan aktivis.

Unknown mengatakan...

Faidatun Mujawanah
16410169/PBSI/1D
Puisi ini mengisahkan bukan seorang aktivis,walaupun bukan seorang aktivis tetapi mempunyai kegiatan yang cukup bermanfaat.

fatkhur rozi mengatakan...

Fatkhur Rozi
PBSI 2D
Puisi yang sangat bagus. Dilihat dari judulnya saja sudah menarik untuk dibaca apalagi memahami maknanya yang membuat saya membaca berulang-ulang agar dapat memahami makna yang disampaikan dalam isi puisi tersebut.