Sabtu, 05 Agustus 2017

Film dan Ikhtiar Kesadaran Kolektif (Tribun Jateng, 5 Agustus 2017)

Film dan Ikhtiar Kesadaran Kolektif
Oleh Setia Naka Andrian

Salim Said dalam bukunya Profil Dunia Film Indonesia (1982) mengisahkan bahwasanya Usmar Ismail berusia 29 tahun ketika mendirikan Perusahaan Film Nasional (Perfini) pada 1950. Usmar konon berkata, “Kami tidak akan mempertimbangkan segi komersial.” Dengan bakat dan kemauan ia bertekad menciptakan film nasional. Terbukti, film pertamanya Darah dan Doa (kisah Long March Siliwangi) mengalami keterbatasan dana ketika sedang melakukan pemotretan (pengambilan gambar) di Subang Jawa Barat.
Pengisahan tersebut setidaknya dapat dijadikan pijakan generasi muda kita, khususnya bagi sineas yang sedang berasyik-masyuk dalam gegap komunitas. Bahwa sebuah proses kreatif harus tetap dilakukan, apa pun yang terjadi. Persoalan dana produksi pun sejak masa Usmar hingga saat ini menjadi masalah klasik. Tiada alasan apa pun yang dapat menghentikan roda berkesenian.
Seperti di Kendal, Rumah Kreatif Film Kendal (RKFK) telah menggelar pemutaran perdana filmnya beberapa waktu lalu pada 30 Juli 2017 di Pendopo Kabupaten Kendal. Malam itu, di ruang pemutaran yang seadanya, ruang akustik yang entah, sound system ala kadarnya dan pencahayaan yang semena-mena, tak membuat film berjudul Reksa dengan durasi 44 menit gagal menghampiri khalayak. Gedung pendopo malam itu begitu penuh dengan kisaran 300 pengunjung, sebagian besar di antara mereka adalah anak muda.
Hal serupa itu sekiranya menjadi bukti nyata, bahwa masyarakat kita begitu menggemari film. Ketimbang misalnya, jika dihadapkan dengan pertunjukan teater, apalagi jika diminta untuk merampungkan sebuah kisah dalam novel. Maka terbukti, akhir-akhir ini banyak bermunculan film yang bersumber dari kisah novel. Menjadi upaya lain untuk tetap menghadirkan kemuliaan kisah novel melalui sebuah karya visual dan audio. Lengkap sudah, masyarakat kita hanya diminta untuk duduk manis saja, bisa pula tiduran, atau dengan cara menonton seperti apa pun. Mereka tetap bisa menikmati guyuran kisah dengan tenang.
Apalagi film garapan Mustofa, sineas yang baru berusia 19 tahun tersebut mencoba mengangkat persoalan yang begitu dekat dengan masyakarat Kendal. Benak penonton diguyur bahasa, gerak, seni, budaya, dan segala hal yang begitu lekat dengan kampung halaman mereka. Dari mulai barongan khas Kendal, tradisi mencari ikan (gebyok), hingga persoalan pelik mengenai Tenaga Kerja Wanita (TKW) begitu rupa dihadirkan dalam jagat layar mereka.
Mengingat, Kendal merupakan pengirim TKW terbanyak di Jawa Tengah selepas Cilacap. Ini tentu menjadi persoalan lain, karena RKFK berencana untuk memutar keliling film ini ke kampung-kampung. Akan beda ceritanya jika suatu ketika film tersebut diputar dalam sebuah kampung yang ternyata didapati banyak keluarga TKW. Entah, segala ini dapat melukai mereka atau justru membuat mereka sadar.
Meski siapa pun berharap, melalui tangan Mustofa, sineas yang baru saja mendapatkan beasiswa di Jogja Film Academy tersebut, dapat membuat film ini benar-benar menjadi ikhtiar untuk memantik kesadaran kolektif masyarakat kita. Dihadirkannya sebuah keluarga petani miskin. Mereka adalah Reksa, seorang anak SD yang diperankan oleh Wahyu Zulfahmi. Dilahirkan dari ayah bernama Sukri yang diperankan Jatmiko dan ibu bernama Sum yang diperankan Siti Nur Azizah.
Awalnya Reksa sangat tidak menginginkan jika ibunya berangkat kerja ke Malaysia. Begitu pula ibunya, ia pun sama seperti Reksa. Apa pun yang terjadi, tetap ingin menjalani segenap hidup di negeri sendiri. Namun segala itu tak bertahan lama. Sukri, sang ayah tak kuasa menahan godaan dari tetangganya yang ternyata dapat hidup lebih layak karena sang istri bekerja di luar negeri. Setiap kali mengantarnya anaknya, Sukri menggunakan sepeda butut. Selalu berpapasan dan bertemu dengan tetangganya yang mengenakan sepeda motor saat mengantar anaknya. Sepeda motor hasil keringat sang istri yang bekerja di luar negeri.
Pada akhirnya, Sukri nampak naik pitam. Terlihat memaksakan agar Sum mau bekerja di Malaysia. Sum pun tak kuasa menolak, begitu pula Reksa. Meskipun, keseharian Reksa nampak berantakan selepas ditinggal ibunya. Segala ketidakberesan pun dijalani Reksa, sebagai anak yang begitu merindukan kehadiran sosok ibu, yang baginya sangat tak tergantikan. Reksa mencuci pakaiannya sendiri, suatu ketika baju seragamnya tak kering. Lantas ia tetap mengenakan seragam itu ke sekolah. Akhirnya, ia diledek temannya. Reksa jadi korban.
Selain beberapa hal tersebut, RKFK juga berupaya mengajak masyakarat untuk menumbuhkan rasa kecintaan dan kepekaan terhadap segala sesuatu yang terjadi serta dimiliki daerahnya. Banyak kearifan suatu wilayah yang ternyata belum tergarap, belum tercatat, dan bahkan semakin tak dikenali. Tentu segala ini sesunggunya menjadi pekerjaan rumah bersama. Segenap masyarakat punya hak untuk menyelamatkannya. Sebelum Kendal benar-benar lupa ingatan, karena tiada lagi yang sanggup atau terketuk hati untuk menyelamatkan riwayat kampung halaman. Meskipun dalam peluncurannya, film Reksa tak dihadiri oleh pejabat. RKFK mengaku telah mengirim undangan kepada pemimpin dan segenap dinas terkait.***


─Setia Naka Andrian, Dosen UPGRIS. Pencatat gerak seni budaya Kendal.

117 komentar:

Desy Panca W mengatakan...

Yang saya tau pembuatan film Reksa ini tidak hanya membutuhkan waktu yang singkat tapi waktu berbulan bulan lamanya hanya untuk satu karya seni perfilman, sama halnya dengan seni pertunjukan teater, seni teater juga membutuhkan waktu yang lama untuk penggarapan satu kali pementasan tetapi pait getirnya dunia teater lebih pait dunia perfilman, itu menurut saya setelah saya mengetahui dunia perfilman yang sesungguhnya. Mengulas mengenai film, terutama dikendal, saya sedikit tertarik untuk membahas salah satu sekolah menengah kejuruan di kota kendal yang memiliki station Televisi sendiri yaitu SMKJiTV dari SMK N 1 Kendal. Dari SMKJiTV kita dapat menemukan sineas sineas muda. Salah satunya sutradara film Reksa, Mustofa adalah salah satu lulusan SMK N 1 Kendal dari kompetensi keahlian broadcasting. Mustofa juga pernah menyutradarai sebuah film shocking and the end dengan judul "Hong Gempur" film Hong Gempur telah menjuarai berbagai festival film nasional. Mungkin dengan film Hong Gempurnya Mustofa memberanikan diri untuk membuat sebuah film yang mengangkat kehidupan masyarakat kendal saat ini. Dana untuk pembuatan film itu pun tidak sedikit, banyak sekali sineas sineas atau filmaker yang sering terhambat penggarapannya karena persoalan dana, para filmaker SMKJiTV pun merasakannya karena seringnya mereka membuat tugas dengan berbentuk film pendek, film dokumenter, iklan , dsb. tapi dana bukan alasan dari seribu alasan. Atas kegigihan para sineas mereka mampu membuat karya seni film, terutama RKFK yg mampu memperlihatkan kepada kita bahwa hambatan apapun mampu kita lewati ketika kita memiliki keinginan untuk berusaha mewujudkan mimpi kita.



Desy Panca Wardani (PBSI 1D)

Aisah Upgris mengatakan...

Assalamuallaikum..
Saya sangat senang membaca tulisan ini. Karena, tulisan ini dapat menginspirasi kaum muda di luar sana. Bukan hanya kaum muda yang tergabung di komunitas kesenian melainkan anak muda yang bergabung di berbagai bidang komunitas lain. Dalam tulisan ini memberikan semangat dalam berkreatifitas dan berinovasi. Walaupun, banyak sekali permasalahan yang dihadapi dalam proses mereka berkarya. Seperti yang ceritakan penulis blog, bagaimana komunitas RKFK menggelar pemutaran film perdananya yang saat itu mereka hanya menyiapkan peralatan seadanya. Tapi itu tidak menyurutkan semangat mereka untuk berkarya dan mengajak masyarakat untuk lebih aktif dan kreatif dalam melestarikan budaya dan peduli terhadap keadaan sosial masyarakat. Tetap semangat dalam berkarya wahai kaum muda !!!

Siti Nur Aisah , 1D PBSI

Unknown mengatakan...

Menurut saya, dalam bacaan di atas sang penulis ( Setia Naka Andrian ) berusaha memberitahukan jika seseorang ingin menciptakan sebuah film tidak harus selalu mempertimbangkan tentang komersial. Pada dasarnya tidak ada alasan apapun yang dapat menghentikan roda berkesenian, seperti kutipan buku Profil Dunia Film Indonesia (1982) karya Salim Said. Oleh sebab itu ,sineas muda Indonesia harus membuat hal tersebut sebagai landasan yang kuat untuk tetap berkarya menciptakan film-film yang bermutu. Seperti contohnya di kota Kendal, dengan adanya Rumah Kreatif Film Kendal (RKFK) yang telah menyelenggarakan film berjudul Reksa yang dibuat oleh sineas muda Indonesia yang bernama Mustofa. Film yang dibuat sineas muda tersebut berusaha untuk menceritakan kehidupan sosial warga Kendal secara mendalam. Oleh karena itu, tak heran apabila antusiasme penonton film tersebut cukup banyak. Hal itulah yang menjadi bukti bahwa, masyarakat Indonesia lebih menyukai film dibandingkan karya seni yang lain. Karena melalui film seseorang dapat merasakan atau dapat menjiwai sebuah peran dalam film tersebut apabila kisah yang diperankan hampir sama dengan kehidupan nyatanya. Hal ini juga harus didukung oleh pemeran dalam film yang harus menjiwai karakter tokoh.



Mega Krisnawati Pamungkas (PBSI 1D)














































Unknown mengatakan...

Pada blog yang berjudul Film dan Ikhtiar Kesadaran Kolektif yang mengangkat tentang sebuah perfilm-an Indonesia, khususnya didaerah Kendal memberikan kita sebuah pengetahuan dan pembelajaran, bahwasanya merangkai sebuah alur cerita untuk mewujudkannya menjadi sebuah karya yang menarik dan disukai oleh masyarakat indonesia khususnya para kaum muda tidaklah mudah. Membutuhkan kesabaran, kegigihan serta kebersamaan yang baik untuk mewujudkan sebuah karya yang menarik. Pada blog ini menceritakan tentang sebuah kepahitan dalam menggarap sebuah film yang berjudul Reksa yang disutradarai oleh Mustofa, alumni dari SMK N 1 Kendal keahlian di bidang broadcastinng mampu menyuguhkan film yang mengangkat dari sebuah tradisi, sosial dan budaya dari daerah Kendal. Keterbatasan yang sangat tebatas saat pemutan film dengan ruang yang seadanya, ruang akustik, sound sistem dan pencahayaan yang sangat minim sama sekali tidak menggagalkan niat pemutaran film ini. Pada hal ini, bahwa segala kekurangan, ketidakpasan, ketidak sesuai harapan yang di inginkan sama sekali tidak menggugurkan semangat untuk memutarkan sebuah karya yang berdurasi kurang dari satu jam itu. Namun antusiasme masyarakat khususnya kaum muda cukup baik dalam film ini, dikarenakan anak muda zaman sekarang memang lebih menyukai suguhan yang berupa film dari pada sebuah novel ataupun buku cerita, dikarenakan sebuah film itu sangatlah mudah untuk dipahami dan bisa ditonton dalam keadaan yang sangat santai.


Annisa Nurwulan Maulida (PBSI 1D)

Hanna cie jewels mengatakan...

Pertama saya mau berterimakasih kepada penulis tautan ini (setia naka andrian), yg telah menginspirasi kita semua melalui karyanya. Saya sangat tertarik membaca tautan ini. Pengisahan tersebut dapat di jadikan pijakan generasi muda kita, khususnya bagi sineas yg sedang asyik dalam komunitas. Bahwa sebuah proses kreatif harus tetap dilakukan, apapun yg terjadi. Tautan ini juga menjelaskan tentang bukti nyata bahwa masyarakat kita begitu menggemari film. Misalnya jika dihadapkan dengan pertunjukan teater, maka akhir-akhir ini banyak film yg bersumber dari kisah novel.

Hana nurul fadilla (1D).

Unknown mengatakan...

Dengan membaca tulisan "Film dan Ikhtiar Kesadaran Kolektif" kita bisa mengambil kesimpulan, bahwa membuat sebuah karya yang luar biasa membutuhkan usaha dan doa yang luar biasa. Selanjutnya, tulisan diatas memberikan kita sebuah pelajaran, menceritakan arti kehidupan yang sesungguhnya. Seperti kehidupan para TKW dari Kendal. Yang harus merasakan kerasnya kehidupan di negeri orang. Hanya untuk sesuap nasi, mereka rela bekerja di negeri orang. Selain itu, kita juga bisa mencontoh Mustofa, pemuda yang berprestasi. Manfaatkan masa muda untuk melakukan hal yang baik, hal yang bermanfaat bagi diri sendiri maupun bagi masyarakat umum.
Ihwatun Azizah (1D)

Unknown mengatakan...

Assalamualaikum wr.wb.
Menurut saya cerita tsb cukup bagus karna mengangkat kisah dari seorang anak TKW yg bekerja di luar negri ,namun sayang cerita tsb ada yg kurang yaitu dari sisi gaya bahasa (pemilihan kata) dan penyelesain nya .
Ahmad Rizal Firdaus Zuhri (PBSI 1D)

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...

Saya setuju bahwa alasan utama sulitnya perfilman Indonesia adalah keterbatasan dana. Apalagi jika pihak produksi film tersebut adalah perusahaan yang baru merintis usaha perfilman. Sebenarnya bukan hanya masalah dana saja, tapi kreatifitas dan ide yang dapat menggugah selera masyarakat untuk menonton film yang dirilis juga sangat penting. Jika kita lihat banyak masyarakat yang lebih suka melihat film adaptasi novel apalagi pemeran dalam film tersebut adalah aktor yang sangat terkenal. Hal tersebut dapat menunjang film tersebut akan disukai masyarakat.
Tak hanya di Rumah Kreatif Film Kendal (RKFK) saja yang memproduksi film di daerah.Menurut bintang.com , Makassar juga memproduksi film bahkan telah memenangkan penghargaan dari IBOMA 2017. Film tersebut berjudul Uang Panai. Hal ini membuktikan bahwa film produksi daerah pun mendapat perhatian dari masyarakat.
Perfilman di Indonesia patut diapresiasi karena usaha untuk membuktikan bahwa perfilman Indonesia tidak kalah dengan perfilman luar negeri. Seharusnya pemerintah juga mendukung perfilman di Indonesia meskipun ditingkat daerah.

Hana Silma Hadana
1D
PBSI

Unknown mengatakan...

Pada bacaan blog diatas yang menginspirasi kepada kita semua para kaum kaum muda khususnya . Membuat film bukanlah hal yang sangatlah mudah . Pada blog cerita diatas menceritakan tentang sebuah kepahitan film yang berjudul REKSA . Keterbatasan saat menampilkan film tersebut sangatlah terbatas . Dengan ruang yang seadanya , sound sistem dan pencahayaan yang sangat terbatas .akan tetapi , mereka tetap berusaha untuk menampilkan yang terbaik . Dalam blog ini menjadikan kita tau bahwa kekurangan apa pun tidaklah menjadikan kita patah semangat untuk menjadikan yang terbaik.

Caliestia intan purnamasari (1D) PBSI

Maurachl mengatakan...

Menurut saya, dari tulisan tersebut kita bisa menyimpulkan bahwa perfilman di Indonesia memang memiliki banyak problematika. Misalnya, dari sisi keuangan seperti yang terdapat didalam teks. Namun, hal itu tidak memungkinkan bahwa para sineas muda untuk menghasilkan suatu karya. Seperti halnya Mustofa,sineas muda asal Kendal yang diceritakan dalam teks tersebut. Serta, teks tersebut juga menjelaskan dengan rinci mengenai tokoh, dan alur ceritanya. Sehingga pembaca tidak bingung meskipun belum mengetahui tentang keberadaan film 'Reksa'. Terimakasih.
Maura Chaulia (1D)

Karisma Sari Wulandari mengatakan...

Menurut saya, dalam bacaan esai diatas yang bejudul "Film dan Ikhtisar Kesadaran Kolektif". Para sineas muda bersungguh hati dalam memberikan dan membuat alur cerita dengan mencoba mengangkat persoalan yang begitu dekat dengan masyarakat Kendal. Mengingat Kendal merupakan pengirim TKW terbanyak selepas Cilacap, menceritakan tentang sebuah kepahitan film yang berjudul Reksa. Tentunya itu semua membutuhkan waktu dan energi. Para sineas muda merelakan waktu dan energinya terkuras demi menyuguhkan film yang mampu memantik kesadaran kolektif masyarakat. Gunakan waktu mu untuk hal yang positif misalnya seperti yang diutarakan dalam esai diatas

Karisma Sari Wulandari (PBSI 1D)

Unknown mengatakan...

Penulis film dan ikhtiar kesadaran kolektif. Ingin memberikan sebuah contoh karya anak generasi muda yang berasal dari Kendal. Yang bahwasannya dapat memberi kita dorongan dan motivasi . Untuk membuat sebuah karya yang dapat dijadikan sebagai contoh untuk generasi muda dan masyarakat agar menjadi diri yang lebih baik lagi. Dan dapat memperkenalkan sebuah tradisi dan budaya yang ada . Melalui pembuatan film yang mengangkat cerita dari sebuah daerah ataupun kampung-kampung .

Mega Dwi Kusuma (PBSI 1D )

Arum Setyawati mengatakan...

Film "Reksa" garapan Mustofa yang diproduksi RKFK ini menceritakan sebuah keluarga miskin, yang demi merubah hidup sang suami tega menyuruh istrinya bekerja di luar negeri dan memisahkannya dengan sang anak. Yang kemudian kejadian tersebut merubah kepribadian Reksa ini patut diberi pujian. Karena selain mengangkat tema sosial yang begitu dekat dengan masyarakat Kendal, film ini juga berlatarkan kearifan lokal kota Kendal. Namun sayang, saat peluncurannya di Pendopo Kendal tak ada satupun pejabat yang diundang menghadiri acara tersebut. Menurut saya pribadi alangkah lebih baik jika pejabat yang telah diundang berkenan hadir atau setidaknya mengirimkan perwakilan, karena ini adalah karya pemuda daerah yang harus diapresiasi.
(Arum Setyawati, 1D)

Unknown mengatakan...

Menurut saya filmnya cukup menarik , tapi seharusnya yang menjadi tulang punggung keluarga itu seorang kepala rumah tangga bukan seorang istri. Dan itu bisa menjadikan anak sebagai korban karena tidak adanya figur seorang ibu. Sepertinya halnya kata pepatah lebih baik hujan batu di negeri sendiri dari pada hujan emas di negeri orang lain.

Riska Anita Febriana (1D)

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...

Menurut saya cerita diatas yang berjudul film dan ikhtiar kesadaran kolektif sangat bagus dan menarik karena dapat menginspirasi pembaca untuk tidak patah semangat dalam melaksanakan suatu usaha serta mengajarkan kita bahwa membuat film bukanlah suatu hal yang mudah dan membutuhkan waktu yang lama.Begitu pula dalam cerita karangan Mustofa yang menceritakan bahwa seorang tkw rela bekerja keras demi menyenangkan hati suami hanya untuk sebuah materi,tetapi sang anak yang seharusnya masih mendapat perhatian dan kasih sayang dari kedua orangtua harus terlantarkan karena ditinggal sang ibu untuk bekerja diluar negeri.


Ines kaindi astuti(1D)

Nur Khofifah mengatakan...

Ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan.
Yang pertama yaitu mengenai proses pembuatan film itu sendiri. Ada beberapa kendala terutama dari dana yang kurang mencukupi. Tetapi tim tetap bersikeras untuk menyelesaikan film agar layak tayang. Karena bagaimanapun juga dalam pembuatan film harus totalitas entah bagaimanapun kendala yang harus dihadapi.
Kedua yaitu keinginan masyarakat kendal untuk bekerja diluar negeri atau menjadi TKW, terlalu mementingkan materi dibanding keluarga, sebagaimana dalam film tersebut yaitu Sukri memaksa Sum untuk bekerja di Malaysia demi memenuhi kebutuhan tetapi meninggalkan anak yang masih membutuhkan kasih sayang orang tua terutama ibu sampai sampai Reksa harus menanggung malu karena memakai baju yang masih basah.
Ketiga yaitu antusias masyarakat yang cenderung lebih suka menonton film dibandingkan membaca karena menurut saya pribadi menonton tidak terlalu memerlukan tenaga serta lebih asyik dan santai, beda dengan membaca atau yang lain harus membutuhkan tenaga dan konsentrasi tentunya.
Keempat yaitu kurangnya dukungan dari pemerintah daerah akan hasil karya pemuda nya sendiri. Padahal jika kita simak baik baik pasti banyak manfaat nya dari film tersebut untuk masyarakat.
Kelima yaitu dapat memotivasi untuk semangat hidup apalagi sebagai mahasiswa yang tinggal bukan dikota kita sendiri, serta berjuang untuk masa depan.

Nur Khofifah (1D)

Unknown mengatakan...

Assalamualaikum
Blog yang berjudul film dan ikhtiar kesadaran kolektif cukup bagus dilihat terutama bagi sineas muda.
Cara kreatif yang mungkin sudah mulai dilupakan, yaitu dengan mengadakan pemutaran film yang dilakukan oleh Rumah Kreatif Film Kendal (RKFK) pada tanggal 30 Juli 2017 di pendopo kabupaten Kendal.
Hal ini bisa menjadi ajang promosi apalagi dengan film kedaerahan seperti ini yang banyak membuat seseorang penasaran apalagi kita sebagai kaum muda yang memiliki rasa penasaran yang tinggi. Selain sebagai ajang promosi juga sebagai ajang memperkenalkan kebudayaan daerah khususnya kota Kendal, dimana kota Kendal terkenal sebagai kota pengirim TKW terbanyak di Jawa Tengah selepas cilacap.


Isnaini Rofiqotusy Syarifa (PBSI 1D)

Nur Khofifah mengatakan...

Ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan.
Yang pertama yaitu mengenai proses pembuatan film itu sendiri. Ada beberapa kendala terutama dari dana yang kurang mencukupi. Tetapi tim tetap bersikeras untuk menyelesaikan film agar layak tayang. Karena bagaimanapun juga dalam pembuatan film harus totalitas entah bagaimanapun kendala yang harus dihadapi.
Kedua yaitu keinginan masyarakat kendal untuk bekerja diluar negeri atau menjadi TKW, terlalu mementingkan materi dibanding keluarga, sebagaimana dalam film tersebut yaitu Sukri memaksa Sum untuk bekerja di Malaysia demi memenuhi kebutuhan tetapi meninggalkan anak yang masih membutuhkan kasih sayang orang tua terutama ibu sampai sampai Reksa harus menanggung malu karena memakai baju yang masih basah.
Ketiga yaitu antusias masyarakat yang cenderung lebih suka menonton film dibandingkan membaca karena menurut saya pribadi menonton tidak terlalu memerlukan tenaga serta lebih asyik dan santai, beda dengan membaca atau yang lain harus membutuhkan tenaga dan konsentrasi tentunya.
Keempat yaitu kurangnya dukungan dari pemerintah daerah akan hasil karya pemuda nya sendiri. Padahal jika kita simak baik baik pasti banyak manfaat nya dari film tersebut untuk masyarakat.
Kelima yaitu dapat memotivasi untuk semangat hidup apalagi sebagai mahasiswa yang tinggal bukan dikota kita sendiri, serta berjuang untuk masa depan.

Nur Khofifah (1D)

Unknown mengatakan...

Menurut saya,cerita yang berjudul "Film dan Ikhtiar Kesadaran Kolektif" karya dari penulis Setia Naka Andrian cukup menarik. Karena pada cerita tersebut,mengajak para kaum muda untuk menciptakan dan mengembangkan kreatifitasnya. Meskipun akan banyak kendala,proses kreatif itu harus tetap berjalan dan dilakukan. Agar hasilnya dapat menghibur masyarakat. Karena pada zaman sekarang,masyarakat banyak menyukai film.
Dan pada cerita tersebut,masyarakat dihimbau untuk lebih menumbuhkan rasa kecintaan segala sesuatu yang dimiliki daerahnya. Kelemahan dalam cerita tersebut,pemilihan katanya masih kurang jelas.

(Bella Kusumaningraga PBSI 1D)

Unknown mengatakan...

Assalamu’alaikum
Film reksa memang seharusnya ditayangkan di khalayak umum masyarakat Kendal, karena menurut saya film ini sudah pantas dipublikasikan secara nasional. Khususnya untuk para TKW se-Indonesia. Walau saya belum pernah menonton film ini, namun membaca sinopsisnya saja saya dapat sedikit memahami kehidupan reksa yang begitu susah payah setelah Ibunya wafat. Film ini dapat juga dijadikan media pembelajaran.
Terimakasih

Joshua Rachmad
1D

Alda febiantari mengatakan...

Setelah membaca artikel dalam blog ini, menurut saya bacaan yang berjudul "Film dan Ikhtisar Kesadaran Kolektif" dapat mengajarkan dan memberikan inspirasi kepada para kaum muda agar semakin mengembangkan dunia perfilman ,karena memang membuat film itu tidaklah mudah,dibutuhkan team yang kompak dan ide-ide kreatif agar film yang akan dibuat tidak monoton.

Alda Febiantari (1D)

Rera Rizki mengatakan...

Dari yang saya baca dan pahami, banyak permasalahan yang dihadapi saat pemutaran film ini, seperti pencahayaan yang asal-asal an. Padahal jika dilihat dari sisi animo kaum muda ialah sangat besar walaupun film ini mengangkat permasalahan daerah yg hanya diputar di pendopo, disatu sisi film ini mengangkat cerita yang menarik yaitu mengenai ke 'sakitan' seorang anak yang merindukan kasih sayang seorang ibu yang harus bekerja untuk memenuhi keingin sang ayah. Seperti mengingatkan masyarakat kota tsb yang notabennya adalah TKW bahwa kasus tersebut pasti ada. Dan film ini bisa dijadikan sebagai media komunikasi untuk masyarakat kepada pemerintah dalam mengatasi masalah-masalah yang ada. Diharapkan karya asli daerah dapat di terima serta di beri apresiasi oleh penjabat yg terkait dan tentunya khalayak ramai.

Rera Rizki Andika (PBSI 1D)

Sujiatmi mengatakan...

Menurut saya cerita yang berjudul film dan ikhtiar kesadaran kolektif memberikan pesan moral kepada penonton/pembaca tentang upaya apa yang dilakukan oleh seorang istri untuk membuat suami dan anaknya merasa hidupnya lebih baik. Tapi didalam film dan ikhtiar kesadaran kolektif seharusnya seorang suami yang bertanggung jawab terhadap kehiduapan keluarganya. Karena tugas suami adalah menafkahi istri dan anaknya dan hak istri adalah menjadi ibu rumah tangga yang bisa merawat anaknya. Dan dicerita film dan ikhtiar kesadaran kolektif ini anak yang menjadi korban karena kehilangan kasih sayang dan perhatian dari seorang ibu. Terimakasih

Sujiatmi (1D)

Unknown mengatakan...

Assalamualaikum
Sebelumnya saya mengucapkan terimakasih kepada penulis blog ini (Setia Naka Andrian).Saya telah menonton trailler dari blog yang ditulis Pak Naka "Film dan Ikhtiar Kesadaran Kolektif" menurut saya film ini memperlihatkan kekratifan anak mudah yang berasal dari Kendal di usianya yang sangat muda mereka dapat menayangkan film ini di Pendopo,walaupun banyak halangan salah satunya masalah dana.Setelah membaca blog ini dan menonton trailler yang dapat saya ambil adalah penulis memberikan semangat dan inspirasi kepada pemuda agar ia dapat berfikir kreatif dan berkecambuk dalam dunia perfilm.Dan yang saya suka dari film ini ialah ia mengangkat sebuah kisah seorang manusia yang sangat berambisi ingin merubah kehidupannya yaitu dengan cara menyuruh istrinya untuk bekerja sebagai TKW,dan berpisah dengan anaknya yang usianya masih terbilang anak-anak.Dan tulisan pada blog ini memotivasi kepada semua orang bahwa hidup itu terus berjalan,Sebagai salah satu karya daerah film ini patut di apresiasi karna di balik film yang bagus terdapat kekompakan sebuah team.

Nadila Aprillia (PBSI 1D)

Unknown mengatakan...

Pada blog karya Setia Naka Andrian yang berjudul Film dan Ikhtiar Kesadaran Kolektif mengisahkan sebuah keluarga kecil petani miskin dengan keterbatasan perekonomian yang mendesak keluarganya.
Dilihat dari sudut pandang perekonomian di daerah Kendal sendiri, Pemerintah Kendal kurang aktif dan berinisiatif memaksimalkan SDM yang terlampau banyak. Namun, daya saing, keterampilan, juga pendidikan masyarakat kurang.
Sebagian besar Ibu Ibu di Kendal bekerja sebagai ibu rumah tangga atau petani desa.

Realita ini menunjukkan bahwa Kota Kendal menjadi salah satu pengekspor SDM terbanyak di Jawa Tengah.
Banyak masyarakat yang mempunyai pola pikir bahwa pekerjaan sebagai TKW adalah satu-satunya jalan yang mudah dilakukan untuk memperbaiki jalan hidup dan merubah nasib menjadi lebih baik.

Sang Ayah tergiur kemewahan yang dimiliki tetangga, membuatnya menyuruh istrinya pergi ke luar negeri.
Ibu Reksa terpaksa meninggalkan dan berjuang mencukupi kebutuhan kesehariannya.
Reksa yang notabennya sebagai anak kecil itupun tak mampu melepas bayang kasih sayang Ibu yang amat ia nantikan kepulangannya.

Dari segi perfilman, di Kendal mempunyai Rumah Kreatif Film Kendal (RKFK). Masyarakat antusias menonton film daripada membaca novel.
Karena sebuah karya audio visual lebih memiliki nilai lebih daripada membaca.
RKFK juga mengajak masyarakat agar mencintai kearifan lokal supaya tidak terkikis perubahan zaman.

Saya sangat terkesan akan salah satu karya sineas muda yang berbakat dan mampu melihat realita kehidupan yang terjadi. Supaya masyarakat sadar bahwa untuk mencapai kehidupan yang layak perlu adanya pengorbanan dan kerja keras.
Lebih baik memajukan daerah dahulu daripada mencari solusi tercepat untuk mempunyai penghasilan yang lebih dengan bekerja di luar negeri.
Karena, sejujurnya ada keluarga yang sangat membutuhkan sosok ibu sebagai pelengkap keluarga.

Ulfiana [ PBSI 1D ]

Unknown mengatakan...

Menurut saya blog tersebut menggambarkan tentang kendala dalam pembuatan film, terutama dalam biaya untuk produksi film. Disini penulis juga menggambarkan bahwa di Kendal ada Rumah Kreatif Film Kendal(RKFK) yang telah menayangkan berbagai film yang diangkat dari persoalan masyarakat Kendal misalnya saja persoalan pelik mengenai TKW. contohnya film yang berjudul Reksa, mengisahkan seorang anak yang ditinggal ibunya ke luar negeri menjadi seorang TKW. Film tersebut tak jauh beda dengan kehidupan nyata. Selain itu karya anak bangsa dalam bidang perfilman harus lebih dihargai lagi.

Dwi larasati(PBSI 1D)

Unknown mengatakan...

Di masyakarakat kendal belum sepenuhnya menyadari akan kecintaan terhadap daerahnya sendiri. Seharusnyaa para masyarakat harus menyadari bahwasan nyaa jika di daerah masing masing itu lebih indah dan bermakna jika dibandingkan di negara lain. Banyak juga yang belum menyadari akan bahanya jika menjadi TKW. Bahkan film ini atau teater ini yang di garap oleh mustofa sangat memotifasi para kaum muda yang menonton karena mereka bisa menyadari dan bisa mencintai daerahnya masing masing. Bukan hanya menjadi tkw saja. Yang tidak tau atau yang belum menyadari sangat sangat lah merugi karena bukan hanyaa kaya saja. Memang disana pembayaran jauh lebih banyak di bandingkan indonesia. Tetapi di sisi lain mereka yang menjadi tkw juga jauh dari keluarga. Syukur syukur di daerahnyaa saja bisa dekat dengan keluarga dan menikmati hasil bersama sama tanpa ada keluarga yang jauh dari genggaman.

Milky khusni asegaf(PBSI 1D)

Unknown mengatakan...

Menurut saya setelah membaca blog ini, ceritanya menarik karena menceritakan kehidupan zaman sekarang banyak yang bekerja diluar negri karena tergiur dengan gaji yang banyak.sedangkan belum tau kerasnya bekerja diluar negri. Dan banyak anak yang tidak keurus akibat ibu mereka harus bekerja diluar negri.

Nia ina puspita handayani (PBSI 1D)

Sisca Zulfa Rahmi mengatakan...

Menurut saya cerita di atas yg berjudul film dan ikhtiar kesadaran kolektif sangat bagus dan menarik. Film ini sudah sangat layak di tonton oleh masyarakat sekitar dan di putar melalui tv nasional. Saya jujur belum pernah melihat film ini, tetapi saya membaca sedikit dri tulisan yg di ulas oleh ( setia naka andrian) bahwa film ini banyak sekali pelajaran yg bisa di ambil. Terutama bagi kaum muda. Kita harus belajar berjuang agar tidak menyusahkan istri di kemudian hari. Suami harus bekerja dan menghidupi seorang anak. Tidak seperti sukri ( suami sum) dia hanya enak di rumah sedangkan istri harus bekerja sampe ke negri orang menjadi TKW dan anak yg seharusnya mendapatkan ksh syg yg lbh, tetapi harus di tinggalkan. Inilah yg wajib kita ketahui bahwa kita bisa mendapatkan uang atau gaji di negri sendiri. Dan itu mudah, marilah berkarya yg lbh baik lagi. Dan kta akan di hargai oleh senior perfilman yang ada di atas sana. Film di atas sudah menampilkan loyalitas dan totalitas yg maksimal walau hanya dengan peralatan yang sederhana. Cukup sekian komentar dri saya.

Sisca Zulfa Rahmi PBSI 1D

Unknown mengatakan...

Menurut pendapat saya, ditautan ini dibahas sekilas tentang persoalan perfilman yang ada di Indonesia, yaitu persoalan dana dalam pemroduksian film. Namun, itu bukankah penghalang untuk menuangkan ide serta kekreatifan dalam menciptakan suatu karya. Akan ada hasil dibalik usaha dan doa, tanpa pernah memandang siapa dia dan berapa usinya. Seperti Mustofa, seorang senias muda yang baru berusia 19 tahun yang telah berhasil menuangkangkan karyanya dalam bentuk film dengan judul “Reksa” yang mengangkat persoalan yang begitu dekat dengan masyarakat Kendal, yakni persoalan mengenai Tenaga Kerja Wanita (TKW). Dan dari situlah kita dapat mengambil kesimpulan bahwa, usia bukan menjadi penghalang kita untuk tetap berkaya, walaupun usia muda namun semua bisa digapai , dengan kekuatan pikiran dan tenaga yang menjadikan segalanya mungkin untuk diraih. Tetap berkarya untuk bangsa, terus maju perfilman Indonsia.

Lu’lu’atul Mardiyah (1D)

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Ziana Dwi Handayani mengatakan...

Menurut pendapat saya, tulisan dari pak Naka yang membahas tentang film Reksa ini sangat menarik. Di atas di paparkan bahwa seorang suami yang berambisi untuk hidup berkecukupan dengan memperkerjakan istrinya di luar negeri menjadi TKW. Hal itu sangat miris, padahal di indonesia masih banyak lapangan pekerjaan yang lebih mulia. Hal ini cocok untuk menjadi inspirasi agar generasi muda tergugah untuk berkarya lebih maju lagi. Dikutip dari film Rekso ini yang di sutradarai oleh anak muda asli warga Kendal Jawa Tengah, Ia sangat pandai menjabarkan idenya untuk dijadikan sebuah film yang sangat menarik di tonton oleh masyarakat.

Ziana Dwi Handayani 1D

Nurlaila mengatakan...

Blog karya Setia Naka Andrian yang berjudul Film dan Ikhtiar Kesadaran Kolektif sangat menarik dimana penulis tidak hanya menggambarkan usaha dan perjuangan para sineas muda yang tergabung menjadi RKFK dalam menggarap film yang berjudul Reksa, tetapi juga memberikan inspirasi untuk pembaca agar lebih kreatif dan jangan ragu untuk mengembangkan sebuah hobi menjadi karya yang luar biasa dan patut diapresiasi, karena RKFK mengangkat kisah dari kehidupan masyarakat di daerahnya sendiri dimana masyarakat menginginkan kehidupan dan perkenomian yang lebih sekalipun harus dengan cara menjadi TKW.
Padahal kita sendiri mengetahui bahwa menjadi TKW harus siap menerima segala resiko, seperti berpisah dengan keluarga dan bertemu kembali beberapa tahun kemudian. Di film yang berjudul Reksa sendiri mengisahkan seorang ibu yang harus bekerja di luar negeri dan meninggalkan anaknya yang pada dasarnya saat itu belum waktunya untuk hidup mandiri. Padahal di negeri ini sendiri masih banyak cara untuk mendapatkan penghasilan yang lebih jika kita mau mengembangkan kreatifitas dan SDA yang ada.


Nurlaila (PBSI 1D)

Unknown mengatakan...

Menurut saya, didalam penulisan "FILM DAN IKHTIAR KESADARAN KOLEKTIF" tersebut dapat mengingspirasikan kita sebagai generasi muda bahwa pembuatan film tidaklah mudah. khusunya bagi sineas yang berasyik-masyuk dalam gegap komunitas, bahwa sebuah proses kreatif harus tetap dilakukan hingga ada yang terjadi seperti halnya persoalan dana.
Adapun dipenulisan tersebut juga menceritakan bahwa RKFK telah menggelar pemutaran film yang nyata, seperti halnya film reksa yang menceritakan soal kehidupan ekonomi. Seorang ibu rela meninggalkan keluarganya demi bekerja sebagai TKW dinegeri orang.



Millati Azka 1D

Unknown mengatakan...

blog karya Setia Naka Andrian
menurut saya petikan dari flm itu yang saya tidak terima ialah mengapa seorang ibu yang harus pergi ke luar negeri untuk mencari nafkah. bukan kah seharusnya seorang ayah yang harus menafkahi untuk keluarga nya.
kiki rimbawati 1d

anishasha mengatakan...

Menurut saya tulisan yang dibuat oleh pak Naka sangat menginspirasi dan menarik. Karena bercerita tentang sineas muda yang berjuang dan bergerak dalam dunia film Indonesia. Bukan hanya membuat film namun mereka juga meberikan kepedulian terhadap masyarakat disekitarnya. Yaitu, dengan membuat film tentang TKW di Kota nya. Tidak hanya sang sinemas saja, pak Naka juga menceritakan bagaimana karya film yang dihasilkan oleh sinemas tersebut,yang menurut saya sangat menarik untuk ditonton, walaupun saya belum pernah menonton namun dengan membaca tulisan pak Naka kita dapat memahami bagaimana pelik kehidupan keluarga TKW dalam film yang berjudul Reksa tersebut.

Anis hanifah (1D)

Nafiis Syahmi Al Zuhri mengatakan...

Menurut saya dengan dibuatnya film tersebut dapat memotivasi masyarakat untuk lebih kreatif dan produktif serta menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk bekerja di negeri sendiri meskipun upahnya tidak sebanding dengan luar negeri.

Nafiis Syahmi Al Zuhri (1C)

Eliza Pebriyanti mengatakan...

Menurut pendapat saya blog karya Setia Naka Andrian yang berjudul Film Dan Ikhtiar Kesadaran Kolektif sangat menarik pembaca diamana penulis menceritakan perfilm-an indonesia bahkan perfilm-an yang ada di daerah itu sendiri yaitu daerah kendal. Dunia perfilm-an memang sangat lah membutuhkan dana yang cukup akan tetapi saya sangat salut terhadap semangat dan perjuangan pemuda Rumah Kreatif Film Kendal untuk dunia perfilm-an meskipun dengan ruang pemutaran yang sederhana,sound system ala kadarnya mereka tetap bisa menanta rapih acara tersebut bahkan sangat menarik pengunjung dan banyak pemuda kenadal yang meontonnya. Film karya garapan Mustofa yang berjudul Reksa yang di tulis oleh pak Setia Naka Andrian sangat lah berdampak positif bahkan memberitahu dampak TKW bagi keluarganya yaitu terutama untuk anaknya yang beristilah kurang nya kasih sayang,seharus nya yang mencari nafkah itu seorang suami/bapak dan biarkanlah anak bertumbuh dengan baik dan selalu ada kasih sayang dari ke dua orangtuanya.

Eliza Pebriyanti (1C)

Tri Agustin mengatakan...

Menarik sekali esai yang di tulis oleh Setia Naka Andrian.
Dalam esai tersebut mengulas tentang film yang berjudul Reksa garapan Mustofa, menceritakan pengalaman penulis dari sudut pandang masyarakat kendal yang dilihat dari kesenjangan masyarakat. Film tersebut sangat menginspirasi masyarakat kendal, karena dalam film tersebut menceritan bagai mana kehidupan keluarga petani miskin, dan seorang istri yang harus berkorban menjadi TKW agar bisa membiyayai keluarganya.

Menurut saya Mustofa mengarap film ini dengan tujuan dan maksut supaya masyarakat kita sadar akan kesenjangan yang sedang dialami di beberapa daerah.
Seperti yang dikatakan oleh Usmar Ismail "Kami tidak akan mempertimbangkan segi komersial"

Tri Agustin (PBSI 1C)

atrivika rohmah nisa utami mengatakan...

pada kesempatan kali ini saya ingin menangapi film dan ikhtiar kesadaran kolektif yang di sutradarai oleh khairul musyofa. tentang kehidupan keluarganya seharusnya suami yang wajib menafkai istrinya bukan istri yang harus berkerja keras demi keingginan suami lagu pula tugas istri hanya membantu sebisanya tapi ini malah di suruh jadi tkw di luar negeri. kasian buah hati yang masih memerlukan kehangatan ibunda dan kasihsayang ibundanya harus ditinggal demi ke egoisan sang ayah.dari referensi yang saya baca dan saya melihat cuplikan film di youtobe reksa adalah seorang anak yang pendiam dan penurut dan rajin belajar agama.Namun setelah ibunya memutuskan untuk pergi ke negri jiranmalaysa,ada perubahan diri pada reksa karena kehilangan figur seoran ibunda.reksa sering membangkang perintah ayahnya. reksa juga membuat surat yang dimasukan kedalam bitol dan dilemparnya kelaut supaya sampai kepada ibundanya.
pesan dari tanggapan saya yaitu srderhana asalkan banyak bersyukur dan brrkumpul bersama keluarga itu lebih indah
atrivika Rohmah Nisa utami
pbsi(1C)

Firmanty ikka elna lisye mengatakan...

Assalamualaikumm..
Saya sangat terinspirasi dari filem tersebut karena dari filem tersebut saya mendapatkan pelajaran betapa besarnya pengorbanan seorang ibu yang rela meningalkan keluarga dan kampung halaman demi menhidupi keluarganya dan menjadi tulang punggung keluarga padahal yang seharusnya menjadi tulang punggung keluarga ialah sang suami,disisi lain sang ibu juga memiliki tanggung jawab untuk merawat dan membesarkan si anak dengan penuh kasih sayang karna tanpa adanya seorang ibu sang anak akan merindukan kasih sayang dari seorang ibu,reksa menjalani kehidupan dengan mandiri tanpa adanya seorang ibu dia melakukan pekerjaan rumah seorang diri mengantikan pekerjaan yang di kerjakan seorang ibu karena sang ayah yang terlalu di butakan dengan materi.
Adanya pemutaran filem tersebut masyarakat kendal antusias untuk menonton filem teraebut, filem yang di buat oleh anak anak muda kendal itu menarik simpati dari berbagai kalangan,namun di saat pemutaran filem tersebut pemerintah sendiri kurang Memperhatikan filem itu.

Firmanty ikka elna lisye
Pbsi(1c)

Ianatur Rizkiyah mengatakan...

Menurut saya,dalam pembuatan film tersebut sangat kreatif,walaupun dalam pemutaran film tersebut banyak sekali hambatan,namun film ini selesai ditayangkan dalam durasi 44 menit begitu menginspirasi,saya sendiri bangga melihat pemuda pemudi kendal kreatif,semangat dan peduli untuk mempertahankan budaya asli kendal ( barongan ),teruslah berkarya anak muda indonesia.
Dalam cerita tersebut,seharusnya masyarakat tau harus menyadari bahwasanya bukan seorang istri yang harus menafkahi sampai bekerja keluar negri,seharusnya itu kewajiban seorang suami menafkahi sekaligus rumah tangga,tak perlu mencari uang untuk menafkahi sampai keluar negri,di Indonesia banyak sekali lapangan kerja yang memadahi,apakah itu kurang cukup,alangkah baiknya kita memanfaatkan,mencintai negeri sendiri.


Ianatur Rizkiyah ( 1C )

bangkitkusumayudha12@gmail.com mengatakan...

Saya ingin menanggapi sebuah karya yang dibuat oleh Bapak Setia Naka Andrian yang berjudul "film dan Ikhtiar Kesadaran Kolektif" yang menceritakn sebuah film "Reksa" hasil garapan Mustofa. Sebuah karya yang kita buat untuk menceritakan sebuah kehidupan memang sangat mengesankan, tetapi dalam penyajiannya karya yang kita buat haruslah ditampilkan dengan cara yang baik pula. Seperti contoh ruangan yang dipakai jangan seadanya haruslah memadai agar lebih memikat banyak penonton, sound system yang paling penting jangan ala kadarnya haruslah baik agar penonton dapat mencerna sebuah dialog yang sedang berjalan, ataupun sebuah pencahayaan agar menimbulkan sebuah kesan yang baik bagi film tersebut. Alur cerita yang dicaritakan dalam sebuah film tersebut memang mengesankan dan mengandung banyak makna, film ini mungkin akan menyadaarkan orang tua bagaimana kehiduan yang seperti itu memang tidak baik untuk seorang anak, karena bagaimanapun juga seorang anak akan lebih baik bila tinggal bersama kedua orang tuanya, dan seorang anak akan lebih berharga daripada harta yang dicarinya. Harta sangatlah mudah untuk dicari, tetapi kebahagiaan akan sangat susah didapatkan ketika sebuah keluarga sudah terpisah.
Terima Kasih.
Bangkit Kusuma Yudha (PBSI 1C)

Unknown mengatakan...

Kepada penulis tautan ini (Setia Naka Andrian) Saya mau bertrimakasih yang telah menginspirasi kita semua melalui karyanya,menurut saya sedikit yang berprinsip bahwa suamilah yang seharusnya bekerja untuk istri dan anak anaknya bukan istrinya yang bekerja menjadi TKW, sementara suami hanya mengandalkan kiriman dari istri tanpa bekerja apapun.

Tian Tifani Ros Amalia (1C)

Aghifar Al-Ghifakhri mengatakan...

Dengan adanya film ini kita seharusnya sadar bahwa menjadi seorang TKW atau TKI tidak menjamin hidup bahagia, film yang berjudul reksa seharusnya diputar tidak hanya di desa dikota juga perlu, film karya anak bangsa yang sangat kreatif ini seharusnya mendapat sambutan dari pemerintah. Film ini juga mengajar betapa pentingnya kebahagian hidup dengan keluarga sakinah mawadah warohmah utuh tanpa hilang satupun anggota keluarga yang hilang karena menjadi TKI atau TKW karena kebahagian tidak bisa dibeli dengan uang. Harapan saya kedepannya bisa muncul film seperti reksa atau yang lainnya yang lebih kreatif dan mengandung unsur-unsur kehidupan atau yang lainnya.

Anton Suryanto mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Anton Suryanto mengatakan...

Adalah suatu hal yang menarik untuk dibahas esai berjudul Film dan Ikhtiar Kesadaran Kolektif karya Setia Naka Andrian. Esai ini tentunya menjadi angin segar bagi industri perfilman Indonesia, dan para sineas-sineas muda tentunya. Bisa dibilang beberapa tahun terakhir industri perfilman Indonesia sedang lesu-lesunya. Sebagian besar masyarakat Indonesia lebih menyukai film buatan luar negeri daripada buatan anak negeri, bukan hal yang aneh memang dan bukannya masyarakat Indonesia tidak mencintai film Indonesia. Masyarakat sudah terlalu muak dijejali film Indonesia yang mengeksploitasi tubuh wanita demi menghasilkan rupiah. Tentu hal ini berdampak besar pada semakin turunnya minat sinemas-sinemas muda dalam berkarya karena kurangnya apresiasi masyarakat dalam dunia perfilman Indonesia saat ini. penulis esai ini seolah-olah ingin menghidupkan lagi asa sinemas-sinemas muda yang mulai redup. Serupa film yang dibahas dalam esai ini juga mengangkat film karya sinemas muda berjudul Reksa yang bercerita tentang realita yang ada di Kota Kendal sehingga diharapkan lebih mudah diterima oleh masyarakat dan mengandung nilai edukasi tentunya, serta semakin memotivasi sinemas-sinemas muda yang lain untuk tidak berhenti berkarya. Esai ini juga seolah-olah menjadi tamparan keras bagi kalian yang duduk di bangku empuk pemerintahan yang gemar "membuncitkan" perut untuk lebih memberikan perhatian dan apresiasi bagi para sinemas-sinemas muda dalam berkreativitas. Tak lupa melalui esai ini juga timbul harapan agar masyarakat Indonesia tersadar bahwa ada banyak film-film buatan sinemas-sinemas muda tanah air yang berbudget minim namun cukup berkualitas (setidaknya lebih memanusiakan manusia daripada film "disana" yang merendahkan derajat wanita).

Anton Suryanto PBSI kelas 1C

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...

pendapat saya dari karya yang di buat oleh bapak Setia Naka Andrian, sangat menginspirasi dan berusaha untuk menyadarkan masyarakat bahwa kewajiban seorang laki" adalah bekerja, bukan mengandalkan wanita untuk bekerja menjadi Tkw dengan tujuan agar hidup layak.Masyarakat desa perlu menggali potensi yg ada di desanya, karena hidup layak tak harus menjadi tkw di negeri orang. menjadi tkw Berarati mengorbankan masa depan anaknya yg harus kehilangan figur seorang ibu padahal seorang anak butuh perhatian dari kedua orang tua agar tumbuh menjadi orang yang terdidik dan mempunyai pribadi yang baik .apa jadinya jika anak-anak tidak mendapat perhatian dari orang tua? tentu ini tidak sebanding dengan hidup layak yang di bayangkan. Dari cuplikan video "reksa" dari youtube, anak yang semula penurut menjadi pembangkang hanya karena kurang kepedulian dan kasih sayang seorang ibu .

untuk itu masyarakat harus mampu menyadari dan lebih mencintai negeri sendiri


Muryana ovika extyaningrum (1c)

munifatul lailiah mengatakan...

Menurut saya dalam cerita diatas yang berjudul "film dan ikhtiar kesadaran kolektif" kita semua tau bahwa pembuatan film bukanlah suatu hal yang mudah selain itu juga membutuhkan waktu yang lama. Mengenai film Reksa ini juga ada kendala salah satunya persoalan dana tetapi tidak menjadi penghalang bagi mereka. Film garapan mustofa ini mengangkat persoalan tenaga kerja wanita daerah kendal yang merupakan pengirim TKW keluar negeri terbanyak kedua di Jawa Tengah setelah Cilacap. Kurangnya kesadaran warga kendal akan kearifan lokal yang dapat dikembangkan lagi supaya menjadi sebuah lapangan pekerjaan baru. Banyak warga yang masih mempunyai pola pikir bahwa bekerjar di luar negeri dapat merubah nasib perekonomian mereka dan cepat mendapatkan uang yang banyak. Pola pikir yang seperti itulah yang seharusnya dirubah. Pemutaran film Reksa juga sebaiknya dilakukan dikampung kampung supaya membuat mereka sadar bahwa sebagai seorang suami yang ingin hidup berkecukupan tidaklah dengan cara mengirim istrinya ke luar negeri.


Munifatul Lailiah (1C)

anitaindahmulyas mengatakan...

Inti dan maksud dari penulisan tersebut yaitu, bahwa penulis menginformasikan tentang film Reksa tersebut untuk halaya dengan menambahkan sedikit jalan ceritanya serta pesan-pesan yang tersirat dalam makna penulisan yang ditulis. Dari bacaan tersebut menunjukan pada halaya bahwa kita harus tetap bersabar, berusaha untuk menghadapi jalan hidup. Karena hanya orang-orang yang tangguh, yang dapat mewujudkan impiannya dengan utuh meski butuh proses yang tidak mudah

Anita Indah Mulyasari 1C

Unknown mengatakan...

Saya Nabilla Putri Maziana
Saya bangga setelah membaca karya tulis Film dan Ikhtiar Kesadaran kolektif, karena karya tulis inidapat ,emberikan motivasi dan dorongan kepada generasi muda sekarang. Karya tulis ini dapat dijadikan contoh generasi muda dan masyarakat sekarang agar menjadi generasi yang baik dan bijaksana, namun saat peluncuran film di Pendopo Kendal tidak ada satupun pejabat yang menghadiri film ini, seharus nya ada salah satu perwakilan pejabat yang datang. Karena film ini sangat memotivasi generasi muda saat ini.

Nabilla Putri Maziana (PBSI 1C)

Unknown mengatakan...

Menurut saya, dalam bacaan diatas sang penulis berusaha menginspirasi kaum muda agar dapat menciptakan film-film nasional yang berkualitas dan dapat diterima masyarakat. Film yang berjudul "REKSA" yang dibuat oleh sineas muda Indonesia yang bernama Mustofa tersebut berusaha untuk menceritakan kehidupan masyarakat Kendal yang sebagian besar bekerja sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW). Rencananya RKFK akan memutar keliling film ini ke kampung - kampung yang didapati banyak keluarga TKW, agar mereka sadar bahwa menjadi seorang TKW bukanlah hal yang mudah. Mereka harus rela meninggalkan keluarga dan harus berjuang untuk masa depan keluarganya.

Deta Hayuningtyas (PBSI 1C)

Vina Astriningsih mengatakan...

Setelah saya membaca karya tulis Film dan Ikhtiar Kesadaran Kolektif.Disini Saya ingin menyampaikan beberapa hal:
Yang pertama, dari segi pertunjukan ada banyak kendala terutama dari dana yang kurang memadai, sound sistem ala kadarnya dan pencahayaan yang semena-mena.
Yang kedua,dalam cerita tersebut menceritakan tentang seseorang Ibu yang ingin bekerja menjadi TKW di negeri tetangga untuk memenuhi kehidapan keluarganya, semestinya yang bekerja buat keluarga ialah seorang Bapak.Tugas seorang Ibu hanyalah mendidik anak dan mengurus keluarga.
Yang ketiga,masyarakat kendal juga belum bisa menumbuhkan rasa kecintaannya dan kepekaannya yang terjadi di tempat tersebut,dan kurangnya dukungan Pemerintah Daerah dengan hasil pencapaian pemuda dalam pembuatan Film Reksa walaupun pihak pemerintah sudah dikirimkan undangan dari RKFK.



Vina Astriningsih (1C)

Khatim Laela mengatakan...

Saya sangat menyukai ulasan film dari Bapak Setia Naka Andrian. Terdapat perjuangan pembuatan perfilman daerah yang meskipun terjadi penghambatan dana atau yang lainnya tapi perfilman tetap bisa maju.
Seperti halnya film garapan RKFK yang mengisahkan perjuangan seorang Ibu yang menjadi TKW demi untuk menghidupi keluarganya. Film ini sangat menginsiprasi masyarakat khususnya dalam suatu daerah yang didapati banyak wanita menjadi TKW, itu dapat membuat mereka tersadar bahwa di daerahnya sendiri masih banyak lapangan kerja yang dapat memberikan pekerjaan bagi mereka.

Khatim Laela (1C)

Nurul Hidayah mengatakan...

Dari ulasan film Reksa tersebut, kita tahu sedikit kehidupan di kota Kendal. Dimana banyak wanita yang pergi ke luar negeri untuk menghidupi keluargany karena tuntutan suami. Sedangkan para suami hanya di rumah dan menjalankan peran sebagai istri. Dan dari film ini, seharusnya masyarakat Kendal sadar, khususnya kaum laki-laki. Merekalah yang seharusnya bekerja mencari nafkah dan menghidupi keluarganya. Bukan menyuruh istri untuk bekerja. Karena seorang istri adalah tulang rusuk bukan tulang punggung

Nurul Hidayah 1C

Unknown mengatakan...

Menurut saya bacaaan di atas yang berjudul"film dan ikhtiar kesadaran kolekrif" telah menyadarkan kita,bahwa tidak ada alasan untuk dapat menghentikan roda berkesenian,kecuali diri kita sendiri yang bermalas-malasan untuk membuat sebuah karya. Dapat kita contoh dari kisah Umar Ismail yang berusia 29 tahun ketika mendirikan sebuah film Nasional(perfini) pada 1950. Film pertamanya yang berjudul"Darah dan doa(kisah long march siliwangi) mengalami keterbatasan dana ketika sedang melakukan pemotretan di subang jawa barat. Pengisahan tersebut setidaknya dapat dijadikan pijakan bagi kita yang generasi muda untuk membuat sebuah karya. Bahwa sebuah proses kreatif harus tetap di lakukan apapun yang terjadi.





Irma Lutviana (1C)

eli puji lestari mengatakan...

Sebelumnya terimakasih kepada bapak setia naka andrian yang telah memotivasi kita semua melalui karyanya,saya sangat tertarik dengan ulasan tersebut karena dengan hal tersebut setidaknya bisa dijadikan tumpuan bagi generasi muda agar lebih berkreatif dalam bidang perfilman khususnya di indonesia,memang betul yang dikatakan umar ismail dalam membuat film tidak hanya mempertimbangkan masalah komersil,sehingga tidak membatasi kreatifitas generasi muda dalam dunia perfilman.
Seperti halnya film yang digarap oleh RKFK yang mampu memproduksi film tentang ibu yang bekerja menjadi TKW, yang menginspirasi untuk mengajak masyarakat menumbuhkan rasa cinta yang ada didaerahnya.

Eli Puji Lestari 1C

Yogarobhet.blogspot.com mengatakan...

Saya sangat mendukung RKFK dalam membuat film-film yang menjadi salah satu cara untuk memantik kesadaran kolektif masyarakat kita.Meskipun saya sama sekali belum menonton filmnya tetapi saya paham semua upaya dan tujuan RKFK,ketika saya membaca isae di atas.Dalam isae tersebut juga dituliskan kisah kehidupan seorang petani miskin,seorang ibu dan anaknya rela berpisah karena ke egoisan ayahnya yang ingin kaya dengan memperkerjakan istrinya untuk menjadi TKW.Dan di dalam kisah tersebut saya menjadi tau apa maksud dari RKFK.dan saya sangat setuju dan mendukung upaya RKFK untuk menumbuhkan kecintaan dan kepekaan terhadap segala sesuatu yang terjadi dan dimiliki daerahnya. Teruslah berkarya RKFK

Yoga Robhet Yulianto (PBSI 1C)

Datang Indra Laksmana mengatakan...

Setelah saya membaca esai dari Bapak Setia Naka Adrian yang berjudul Film Dan Ikhtiar Kesadaran Kolektif. Saya merasa semua yang terbaca sangatlah nyata . Secara pribadi bagi saya film ciptaan Mustofa yang berjudul Reksa sangatlah menggambarkan keadaan yang sebenarnya dari semua kejadian yang aneh tapi nyata ini. Para wanita menjadi tulang punggung keluarga . Sebagaimana kodratnya bahwa wanita yang seharusnya menjaga anak dan rumah malahan harus pergi jauh ke negri orang . Sedangkan suami malahan menikmati hasil kerja istri sambil duduk manis . Pesan morak yang tertinggal dari cerita ini sangatlah jelas . Dan bagi saya ini adalah ulasan yang sangat memotivasi


Dadang Indra Laksmana (1C)

anitapermatasari mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
anitapermatasari mengatakan...

Menurut saya dari esai tersebut yang merupakan bukti nyata, bahwa masyarakat lebih menggemari film ketimbang untuk membaca sebuah novel dan pertunjukan teater itu benar karena dengan film lebih mudah di mengerti alasannya film mempunyai alur yang jelas dan ceritanya lebih sederhana. Berbeda dengan teater yang dapat membingungkan dan berpindah pindah fokus, film memiliki beragam efek visual teknologi dan juga film mudah di akses, bisa di tonton dimanapun kapanpun apabila film tersebut sudah launching misalnya, bioskop dan youtube. Kemudian saya mengulas film garapan mustofa bahwa, film tersebut bertujuan berusaha untuk menumbuhkan rasa kecintaan terhadap budaya seni yang dimiliki masing masing kampung dan berusaha menyadarkan atau memotivasi para suami agar tidak menyuruh istrinya untuk tidak bekerja keluar negeri karena seorang istri tidak wajib untuk menafkahi keluarga. Jika seorang suami ingin sesuatu seperti orang lain maka berusahalah untuk mencari pekerjaan agar mendapatkan uang.

Anita Permatasari (1C)

Rizka alfistiana mengatakan...

Assalamualaikum wr.wb
Saya sangatlah tertarik dengan film ini. Karena film tersebut sangat menginspirasi saya untuk hal yang posifif. Yaitu soal mencari uang, karena saya juga suka mencari uang dengan hobi saya yaitu nyanyi dari panggung ke panggung bukan bekerja di luar negeri menjadi TKW/TKI,dengan ini saya kurang setuju pernyataan tersebut kalau istri yang harus bekerja di luar negeri menjadi TKW/TKI,sedangkan suami tidak bekerja,tetapi malah menggantikan pekerjaan istri sebagai ibu rumah tangga. Karena yang wajib menjadi tulang punggung keluarga adalah seorang suami bukan istri,seharusnya seorang istri hanyalah membantu pekerjaan seorang suami yaitu menjadi ibu rumah tangga yang baik. Dengan film ini saya mendapatkan motivasi bahwa manusia harus bekerja keras agar suami bisa mengayomi keluarga mrnjadi keluarga yang bahagia. Begitu juga istri ysng bekerja di luar negri menjadi TKI/TKW sangatlah tidak menjamin keluarga tersebut menjadi rukun,aman,dan sejahtera,dan juga akan menimbulkan efek negatif yaitu kurangnya perhatian seorang ibu kepada anaknya,sehingga film ini menyadarkan para suami agar tidak menyuruh istri bekerja di luar negeri menjadi TKW/TKI. Terima kasih
Wassalamualaikum wr.wb

#Rizka alfistiana(1c)

Unknown mengatakan...

1. Menurut saya, bukan suatu halangan untuk tetap melanjutkan film yang kekurangan dana seperti ulasan bapak diatas. Karena jika dalam diri kita terdapat jiwa seni yang kuat, apapun itu halangannya kita dapat menyelesaikan. Dunia perfilman saat ini mendapatkan untung yang lebih karena banyak anak muda yang suka menonton film.
2. Menurut saya dari film Reksa, masyarakat Kendal dapat mengintropeksi diri mereka masing-masing. Lalu dari film tersebut, saya dapat mengambil pendapat diantaranya adalah seharusnya suami yang mencari nafkah untuk keluarganya, bukan seorang istri yang harus mencari nafkah. Namun di jaman sekarang, banyak istri yang juga ikut membantu mencari tambahan untuk kehidupan. Bagi saya, ketika istri mencari nafkah itu tidak masalah, namun hal yang paling utama adalah suami yang seharusnya mencari nafkah karena suami adalah tulang punggung dari keluarga. Dan seharusnya suami tidak perlu iri dengan kehidupan orang lain, lebih baik memikirkan keluarganya terlebih dahulu. Jika suami merasa malu, seharusnya dia bisa berusaha keras dan menjadikan acuan dalam hidupnya untuk bisa mendapat penghasilan yang lebih untuk keluarganya.


Yoanda Anestine Ratu Cantya (1C)

Lanina Junick Satriani mengatakan...

Setelah membaca Esai Bapak, Saya sangat terkesan dengan ulasan yang Bapak rangkum. Dari bacaan "Film dan Ikhtiar Kesadaran Kolektif" memberi contoh kepada masyarakat Indonesia agar dapat meneruskan pesan pesan yang bermanfaat melalui cuplikan film.
Sebab masyarakat lebih menggemari sebuah tontonan daripada sebuah bacaan.
Sebuah apresiasi yang besar untuk RKFK, karena mereka ikhlas dan pantang menyerah membuat film ini walaupun dengan peralatan yang seadanya. Terbuatnya Film ini juga dapat menyadarkan Warga Kendal. Menyadarkan terutama para kaum suami agar tidak menyuruh istrinya untuk menjadi tulang punggung keluarga. dan untuk kaum wanita, usahakan, menetapkan lah di rumah walaupun ingin bekerja. yaitu di negara kita sendiri. Terimakasih.

Lanina Junick Satriani (PBSI 1C)

Sitimuzaroahzaroah.blogspot.com mengatakan...

Menurut saya tujun dari kutipan diatas adahah bertujuan untuk merubah manset masyarakat kendal akan sebuah pemikiran yang salah yang menganggap cara mudah mendapatkan uang adalah bekerja di luar negri atau TKW , padahal masih bannyak cara untuk mendapatkan uang dengan cara memanfaatkan sumber daya alam di kota kendal sendiri, selain itu dampak dari seorang ibu yang bekerja di luar negri adalah anak yang terlantar karena kurangnya sosok seorang ibu dan hilangnya kasih sayang seorang ibu,dan akibatnya banyak sekali anak jaman sekarang yang salah bergaul karena kurang pengawasan dari sosok ibu. Nama siti muzaroah,1c

HELNI TRI AGUSTININGRUM mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HELNI TRI AGUSTININGRUM mengatakan...

Assalamualaikum Wr.Wb.
suatu kebanggan bagi saya dapat dan bahkan ditugaskan untuk menanggapi postingan (FILM DAN IKHTIAR KESADARAN KOLEKTIF) yang luar biasa ini.
di sini saya akan mulai menanggapi, tanggapan saya yang pertama yaitu berkarya adalah suatu hal yang mulia, dengan berkarya dirasa atau tidak dirasa kita telah menggunakan sebagian dari anugerah yang telah Allah berikan kepada kita semua sebagai umat manusia yang diberi akal cemerlang dan kebaikan lainnya dibanding dengan makhluk Allah yang lain.
RKFK misalnya, RKFK telah berhasil melakukan karya-karya yang hebat. salah satunya adalah telah berhasil memutarkan film di Pendopo Kabupaten Kendal.
film bukan sembarang film, pembuatan film bukanlah suatu hal yang mudah semudah membalikan telapak tangan. kali ini film yang ditayangkan yaitu film yang menceritakan betapa teririsnya hati seorang anak yang bisa dikatakan cukup terlantar karena ditinggalkan oleh Ibunya ke Malaysia untuk mengadu nasib disana karena keegoisan Bapaknya.
sebelumnya saya merasa kurang setuju dengan apa yang tokoh 'Bapak' lakukan. Dalam agama yang saya anut dikatakan bahwa seorang Bapak / suamilah yang wajib mengadu nasib / mencari nafkah untuk keluarga, namun selain pada film tersebut nyatanya dikehidupan nyata pun masih banyak masyarakat kita yang melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan sebagaiman film di atas.
tanggapan saya yang kedua yaitu tentang pemutaran film ini di khalayak ramai, saya sangat setuju. dengan memutarkan film ini di perkampungan mungkin dapat sedikit merubah pikiran orang-orang kampung yang berambisi bahwa mengadu nasib di luar negeri akan lebih banyak mendapatkan punci-pundi rupiah. dikehidupan nyata rupiah bukan segalanya, masih banyak hal yang harus diperhatikan. salah satunya yaitu kebahagiaan yang tercipta didalam keluarga, terutama kebahagiaan dan kesuksesan sang buah hati. jika banyak uang namun di iringi dengan kepedihan yang terus melanda diantara anggota keluarga lalu apa guna? tidak ada.
pendapat saya yang selanjutnya yaitu, pemutaran film ini diperkampungan tidak akan menyakiti hati para penghuni. jika dapat berfikir kritis penayangan film ini justru akan dijadikan sebuah pembelajaran bahwa kehidupan tak selamanya melulu tentang rupiah.
intinya adalah, postingan ini sangat berguna bagi pembaca, selain pengetahuan ada beberapa pembelajaran hidup juga disini.
begitulah yang dapat saya tulis disini,terimakasih atas kesempatan yang baik ini.
Wassalamualaikum Wr.Wb.

Helni Tri Agustiningrum (1C PBSI)

Unknown mengatakan...

Menurut pandangan saya, dari esai Bapak benar-benar sangat nyata. Film karangan Mustofa yang berjudul Reksa menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Esai ini pasti akan mendorong masyarakat Indonesia untuk menyukai perfilman Indonesia dari pada film-film luar negeri. Esai ini, seolah-olah menceritakan tentang kenyataan yang ada di kota Kendal. Sehingga, dapat di terima dengan mudah oleh masyarakat. Tak tertinggal, dari saya pribadi timbul suatu harapan agar Indonesia sadar bahwa banyak film-film produk dari sinemas-sinemas muda Indonesia yang cukup berkualitas dan tidak kalah dengan film-film luar negeri. Dan selalu adapesan yang tersimpan dari banyak film buatan sinemas Indonesia seperti esai tersebut. Pesan yang tersimpan pada esai itu ialah, supaya pembaca esai tidaklah merendahkan derajat setiap wanita.

Tri Rahayu PBSI kelas 1C

Unknown mengatakan...

Dari tulisan Setia Naka Andrian yang berjudul "Film dan Ikhtiar Kesadaran Kolektif" menceritakan tentang sebuah film garapan Mustofa yang berjudul Reksa. Film tersebut bercerita tentang seorang ibu yang rela meninggalkan anaknya untuk menjadi TKW di Malaysia karena desakan suami. Seharusnya ini menjadi tanggung jawab suaminya. Tidak seharusnya ia mendesak sang istri untuk menafkahi keluarga dan disisi lain menelantarkan anaknya. Karena sejatinya yang bertanggung jawab menafkahi keluarga itu ialah suami. Tulisan diatas juga mengajak kita untuk lebih mencintai film karya sineas muda Indonesia. Meskipun seperti yang kita ketahui dalam peluncurannya, film Reksa tidak dihadiri oleh pejabat. Namun itu bukan menjadi penghambat untuk melanjutkan karya-karya yang lainnya.

Nurlaila (1C)

Khoirunnisa mengatakan...

Menurut saya,blog yang berjudul Film dan Ikhtiar Kesadaran Kolektif yang mengangkat perfilman di Indonesia khususnya di Kota Kendal sangatlah menarik. Dalam blog ini sang penulis (Setia Naka Andrian) menjelaskan tentang perjalanan dalam mewujudkan sebuah karya yang menarik dan mampu diterima masyarakat khususnya kaum muda yang tentunya tidaklah mudah.
Sebagai contoh film berjudul Reksa yang disutradarai Mustofa alumni SMK N 1 Kendal, yang telah mampu mengangkat kehidupan masyarakat Kota Kendal baik dari segi bahasa, seni, budaya dan segala hal yang lekat dengan kampung halaman masyarakat Kota Kendal, yang dituangkan dalam sebuah film. Atas kerja keras dan kegigihan Rumah Kreatif Film Kendal(RKFK) dalam menghadapi masalah dana untuk pembuatan film ini,sineas muda telah mampu menciptakan sebuah Film Reksa yang memiliki pesan penting yaitu "hujan emas di negeri orang, hujan batu di negeri sendiri, baik juga di negeri sendiri" artinya meskipun begitu makmur dan mewah di negeri orang, negeri sendiri tetap yang paling baik.

Khoirunnisa (1C)

Sri Wahyuni mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Sri Wahyuni mengatakan...

Terimakasih saya ucapkan kepada penulis.
Menurut saya, tulisan diatas sangat menginspirasi bagi khalayak masyarakat karena, melalui film yang berjudul reksa, yang menceritakan latar belakang kota kendal yang sebagian penduduknya menjadi TKW , masyarakat mendapatkan pembelajaran mengenai pahit manisnya menjadi TKW, yang harus meninggalkan keluarga, termasuk anaknya. Dalam masalah ini seorang anak yang menjadi korban. Bagi saya nikmat yang paling berharga adalah mereka yang dapat menjalani hidup bersama keluarganya.
Sri wahyuni (1C)

Ika Yunita Aryanti mengatakan...

Assalamu'allaikum. Wr. Wb
Menurut saya setalah saya membaca karya tulis FIlm dan Ikhtiar Kesadaran Kolektif ini saya merasa senang dan bangga karena karya tulis ini dapat dijadikan motivasi dan bisa menginspirasi para kaum muda agar dalam membuat karya tulis mereka bisa lebih berkualitas dan dapat diterima di masyarakat sekitar.Dan dari cerita film yang berjudul "Reksa" yang mengangkat sebuah cerita seorang anak kecil yang ditinggal oleh ibunya menjadi seorang TKW,dan dari cerita tersebut seharusnya dapat dijadikan sebuah pertimbangan dan pelajaran bahwa keluargalah yang terpenting,dan apabila kita yang sudah memiliki anak apakah mereka tidak berifikir apa nantinya yang akan terjadi dengan anak-anaknya jika di tinggal menjadi TKW,karena sesungguhnya anak-anak itu membutuhkan kasih sayang lebih dari orang tua mereka terutama ibunya,dan bukankan yang seharusnya mencari nafkah itu kaum laki-laki,bukan kaum wanita yang harus bekerja mencari nafkah hingga ke negeri orang.
Sekian dan Wasalammu'laikum.Wr.Wb


Ika Yunita Aryanti (PBSI 1C)

Desi puji rahayu mengatakan...

Asalamualaikum wr.wb
Terimakasih kepada (Setia Naka Andrian)karna dapat menginspirasikan kaum muda termasuk saya agar lebih menyukai novel dari pada filem filem lainnya seperti filem korea ataupun filem yang tidak bermanfaat untuk keseharian kita.kita sebagai anak yang di sebut moderen seharusnya lebih bisa bersemangat untuk membuat novel yang bisa di terbitkan dan di sukai oleh banyak pembaca,selagi ada niat sebuah kreatif harus kita perjuangkan apapun yang terjadi . Dan dari cerita (mustofa) filem yang berjudul (Reksa) saya sangat bangga kepada sosok seorang Ibu yang bekerja menjadi TKW untuk membahagiakan suami dan anaknya,walaupun di hati kecilnya dia tak sanggup untuk berpisah dengan anak tersayangnya,dan untuk suami harus nya sadar kalo nafkah keluarga itu dari suami bukan dari istri.Seharusnya filem itu segera di tayangkan agar masyarakat terutama para suami yang di tinggal istri menjadi TKW sadar kalo nafkah keluarga yang bertanggung jawab bukan istri melainkan suami,suami harus bertanggung jawab menafkahi istri dan anaknya apapun pekerjaan dan penghasilan yang ia dapatkan,hidup di dunia ngk harus mewah apalagi hidup mengikuti gaya orang lain,memang benar kalo sekaran bisa di sebut dunia terbalik.
Sekian dari saya
wasallam mualaikum wr.wb

(Desi Puji Rahayu 1E)

Unknown mengatakan...

Dalam film ini memberikan semangat dalam berkreatifitas dan berinovasi. Walaupun, banyak sekali permasalahan yang dihadapi dalam proses mereka berkarya
Menunurut saya pemutaran film seperti itu harus sering dilakukan , untuk motivasi genari muda , untuk menimalisir kegiatan kegiatan negatif anak muda jaman sekarang

Muhammad aditya ardiantoro
1E pbsi

Unknown mengatakan...

Assalamualaikum Wr. Wb.

Menurut saya pengisahan film tersebut dapat dijadikan pijakan generasi muda, khususnya bagi pemuda-pemuda yang mempunyai komunitas.
Bahwa setiap proses yang kreatif harus dilakukan dalam hal apapun atau yang terjadi.Persoalan dana produksi pun sejak masa Usmar hingga saat ini menjadi masalah klasik. Tiada alasan apa pun yang dapat menghentikan roda berkesenian.

Danang Nadhif Amrilah ( 1E )

Laila Fadhila mengatakan...

Menurut saya "Film dan Ikhtiar Kesadaran Kolektif" sangatlah menarik.Film ini menceritakan masyarakat Kendal yang sebagian besar bekerja sebagai TKW di Malaysia.Perjuangan seorang istri yang rela bekerja di negeri orang,jauh dari anak dan keluarga untuk mencukupi kebutuhan.Yang seharusnya di lakukan oleh suami.Di dalam film ini istri justru yang menjadi tulang punggung keluarga.Dampaknya anak menjadi korban karena kurangnya kasih sayang dari sosok seorang ibu.Harus kita ketahui yang di butuhkan anak bukan hanya harta yang banyak tapi juga kasih sayang dan perhatian dari kedua orang tuanya.Untuk apa memiliki uang banyak jika tidak bahagia.

(Lailatul Fadhilah 1E)

Ainun Novitasari mengatakan...

Karya tulis yang berjudul film dalam Ikhtiar kesadaran dalam kolektif menurut saya terdapat makan-makna bahwa sineas muda begitu bersemangat dalam sebuah seni perfilman. Sebuah film berjudul Reksa garapan Mustofa seorang sutradara muda diputar di gedung pendopo kendal, dalam film ini berusaha mengungkapakan keadaan masyarakat kendal yang mayoritas adalah TKW. Film ini akan membuat orang yang menonton berfikir mengenai keadaan rumah tangganya terutama masyarakat kendal yang menduduki posisi teratasa sebagai pengirim TKW terbanyak di Jawa Tengah. Selain itu, menurut saya film ini mencoba memberitahukan bahwa yang mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan rumah tangga adalah suami.
Reksa, seorang tokoh dalam film ini menjadi korban atas kepergian sang ibu yang merantau menjadi TKW di Malaysia. Keseharian hidup Reksa berantakan, hal ini dapat mempengaruhi pertumbuhan psikogis Reksa yang seharusnya masih memerlukan kasih sayang san perhatian seorang ibu.
Terimakasih
(Ainun Novitasari 1E)

Arfina Dwi Astuti mengatakan...

Assalamu'alaikum wr wb
Terimakasih kepada bapak setia naka andrian, karna melalui esay bapak, saya jadi punya rasa memiliki yang lebih terhadap kampung halaman saya daripada sebelumnya , selain itu saya juga mendapat motivasi besar atas apa yang diatas telah di uraikan, yaitu bafaimana kita tetap berkarya meskipun banyak problem yang harus dihadapi dalam proses penggarapannya,
menurut saya pemutaran film-film seperti itu harus sering-sering di lakukan guna memberikan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kearifan budaya dan jatidiri budaya tersebut,
Trerimakasih, Wassalam
Arfina Dwi Astuti, (1E)

Mutiara mengatakan...

menurut saya setelah saya mengetahui dunia perfilman yang sesungguhnya. Mengulas mengenai film, terutama dikendal, saya sedikit tertarik untuk membahas salah satu sekolah menengah kejuruan di kota kendal yang memiliki station

Mutiara rizky umammi
Kelas :1E

Unknown mengatakan...

Saya setuju bahwa alasan utama sulitnya perfilman Indonesia adalah keterbatasan dana. Apalagi jika pihak produksi film tersebut adalah perusahaan yang baru merintis usaha perfilman. Sebenarnya bukan hanya masalah dana saja, tapi kreatifitas dan ide yang dapat menggugah selera masyarakat untuk menonton film yang dirilis juga sangat penting. Jika kita lihat banyak masyarakat yang lebih suka melihat film adaptasi novel apalagi pemeran dalam film tersebut adalah aktor yang sangat terkenal. Hal tersebut dapat menunjang film tersebut akan disukai masyarakat.
Tak hanya di Rumah Kreatif Film Kendal (RKFK) saja yang memproduksi film di daerah.Menurut bintang.com , Makassar juga memproduksi film bahkan telah memenangkan penghargaan dari IBOMA 2017. Film tersebut berjudul Uang Panai. Hal ini membuktikan bahwa film produksi daerah pun mendapat perhatian dari masyarakat.
Perfilman di Indonesia patut diapresiasi karena usaha untuk membuktikan bahwa perfilman Indonesia tidak kalah dengan perfilman luar negeri. Seharusnya pemerintah juga mendukung perfilman di Indonesia meskipun ditingkat daerah.

Naufal Ulin Nuha (1E)

Unknown mengatakan...

Assalamualaikum wr.wb
Menurut saya "Film dan Ikhtiar Kesadaran Kolektif" dapat disimpulkan bahwa, dalam menciptakan suatu karya yang paling utama adalah kemauan. Dimana ada kemauan yang kuat pasti akan tercipta karya yang luar biasa,seperti film Reksa yang di ciptakan oleh Rumah Kreatif Film Kendal (RKFK). Walaupun dengan keterbatasan tempat,properti,dan dana namun tak membuat film tersebut gagal untuk menghampiri khalayak. Dalam berptoses kreatif apapun yang terjadi harus tetap dilakukan. Tidak ada alasan apapun untuk menghentikan berkesenian.
Selain itu,pemutaran film yang berhubungan dengan tradisi masyarakat harus sering di lakukan agar kebudayaan, tradisi, adat istiadat dapat berkembang.

Ajeng Kartika Anggraeni (1E)

Aulia mengatakan...

Assalamualaikum wr.wb.
"Film dan Ikhtiar Kesadaran Kolektif."
Setelah saya membaca artikel tersebut, menurut saya cukup menarik. Karena, dapat memberikan motivasi terhadap pembaca dan masyarakat kendal itu sendiri.
Misalnya diparagraf terakhir "selain beberapa hal tersebut, RKFK juga berupaya mengajak masyarakat untuk menumbuhkan rasa cinta dan kepekaan terhadap segala sesuatu yang terjadi serta dimiliki daerahnya."
Kalimat tersebut berarti telah mengupayakan agar masyarakat tersebut tetap memiliki rasa kecintaan terhadap daerahnya sendiri.


Aulia Nurnihayah (1E)

Unknown mengatakan...

Assalamualaikum wr.wb
menurut saya karangan "film dan ikhtiar" sangat bagus dan bisa untuk sebuah motifasi bagi kaum muda yang sangat menyukai film. karena rasa penasaran yang sangat besar dikalangan kaum muda yang masih ingin tau dan ingin berkarya untuk menggali semua kearifan lokal yang unik dan menarik untuk dijadikan sebuah film. walaupun butuh perjuangan yang hebat untuk membuat sebuah film yang bisa menarik minat masyarakat.
dan agar masyarakat lebih mencintai kearifan lokal setempat.
terimakasih
Muhamad Lutfi Abdurahim (1E)

Ainun Jati Perwira mengatakan...

Setelah saya membaca dan saya merasa kita harus memajukan perfilman di indonesia lebih tepatnya lagi di Kendal karena dalam tahun ini memutarkan film perdananya dan kita harus menghargai dan mengambil nilai positifnya. Saya setuju dengan adanya perfilman karena rakyat Indonesia sangat senang dengan adanya film tentu hal ini sangat bagus dan baik bagi masyarakat dan lebih mudah untuk memahaminya. Proses pembuatan film tidak memerlukan waktu yang singkat tetapi dalam jangka waktu yang lama, bahkan sampai bertahun tahun, kita sebagai masyarakat Indonesia kita harus mendukung dan mensupport agar perfilman di Indonesia tetap maju dan tidak kalah dengan Negara lain. Pemuda pemudi di Indonesia masih banyak jadi tenang aja kita pasti bisa pasti bisa jangan sampai anak muda kita terjerumus sama hal hal yang negatif yang membuat negara kita hancur.


Ainun Jati Perwira ( 1E )

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...

Dalam melakukan segala sesuatu pasti akan ada halangannya. Begitu juga dengan pembuatan film tersebut yang memiliki masalah mengenai dana. Tetapi masalah dana tersebut tidak menjadi penghalang sang sutradara untuk tetap melanjutkan pemebuatan film "Reksa". Dengan dibuatnya film lokal, kita akan lebih menghargai dan mencintai budaya lokal yang diceritakan dalam film tersebut. Dengan adanya film yang digarap oleh sutradara muda, hal ini membuka peluang kepada para kaum muda untuk berkreasi dan menunjukkan bakatnya untuk menjadi sutradara muda. Film "Reksa" mengulas tentang kehidupan keluarga di Kendal yang mayoritas seorang istri bekerja sebagai TKW. Seorang ibu yang rela meninggalkan anak dan suaminya untuk mencari nafkah di negeri orang. Menurut saya, tidak salah apabila seorang istri bekerja untuk menghidupi keluarganya. Tetapi alangkah baiknya seorang suamilah yang seharusnya bekerja menjadi tulang punggung keluarga.

Zukhrotunnisa Dwi Murianti (1E)

Dias Novita mengatakan...

Kendala utama dalam perfileman Indonesia, khususnya sineas-sineas yang berada di daerah adalah karena keterbatasan dana. Namun hal tersebut tidak menyurutkan semangat dari sineas Rumah Kreatif Film Kendal (RKFK). Dengan keterbatasan dana dan pemutaran film yang dilakukan sekadarnya nyatanya tidak mengurangi antusiasme dari penonton. Film yang disuguhkanpun sangat menarik karena mangangkat sebuah kisah yang sudah familiar dengan masyarakat Kendal. Di dalam tulisan "Film dan Ikhtiar Kesadaran Kolektif" tentunya sangat menginspirasi para sineas-sineas perfileman daerah untuk lebih produktif membuat karya perfileman yang lain dan menyadarkan para pembaca bahwa film-film produksi sineas daerah masih sangat membutuhkan apresiasi dari masyarakat dan juga pemerintah.

Dias Novita (1E)

Alfi mengatakan...

setalah saya membaca karya tulis FIlm dan Ikhtiar Kesadaran Kolektif ini saya merasa senang dan bangga karena karya tulis ini dapat dijadikan motivasi dan bisa menginspirasi para kaum muda agar dalam membuat karya tulis mereka bisa lebih berkualitas dan dapat diterima di masyarakat sekitar.

Alfiyatun. Nushroh
Kelas:1E

Siti Maftukha mengatakan...

menurut saya karya tulis film dan ikhtiar kesadaran kolektif ini sangat menarik, dimana menginspirasi para pembaca dan pononton agar kaum muda terus bersemangat dan kreatif.
disini mengajarkan bahwasanya dalam pembuatan film tidaklah hal yang mudah seperti yang dcrtakan tadi akan keterbatasan dana. namun, hal itu tidak menjadi halangan untuk melanjutkan film yang menceritakan masyarakat kendal, dengan gigih dan semangatnya agar film tersebut menginspirasi dan kepekaan seseorang akan lingkunganya.


Siti Maftukha(pbsi 1E)

Unknown mengatakan...

Antusiasme masyarakat dalam menonton film sangatlah besar. Terbukti pada pemutaran film perdana dari RKFK. Masyarakat sangat mengapresiasi karya Anak muda daerah Kendal dengan menyaksikan pemutaran film tersebut.
film karya Mustofa, sineas muda yang dimiliki kota Kendal patut dibanggakan karena film ciptaannya dapat menginspirasi masyarakat yang melihatnya.



(Aris Wipa 1E)

dewira mengatakan...

Assalamualaikum wr.wb
Setelah membaca karya tulis film dan ikhtiar kesadaran kolektif, saya menjadi tahu bahwa membuat film bukan hal yang mudah. Sebagai salah satu yang sudah dibahas dalam karya tulis film dan ikhtiar kesadaran kolektif, dana menjadi hal yang harus diperhatikan. Jika dana tidak maksimal maka hasil pembuatan film juga tidak maksimal. Tidak hanya dana yang terpenting, namun juga semangat para pembuat film yang sangat dibutuhkan agar hasilnya maksimal.

Dewi Rahmawati (PBSI 1E)

Unknown mengatakan...

Assalamualaikum. Terimakasih saya ucapkan kepada pengarang (Setia Naka Andrian). Menurut saya film tersebut bagus dan inovatif bisa menginspirasi golongan anak muda jaman sekaran yang terlalu sibuk dengan gadgetnya masing-masing agar bisa ikut berpartisipasi dalam sebuah karya yang berdapak positif. Namun perlu diketahui juga jika didunia perfilm-an itu persaingannya sangat banyak juga meskipun dampaknya belum tentu seperti film yang diatas. Tetapi yang jelas masyarakat kita itu butuh suatu akses yang mudah dan tidak rumit untuk menyaksikan suatu film, mungkin jika film diatas akses untuk menyaksikannya lebih gampang bisa dikenal banyak kalangan masyarakat. Sekian dari saya, wassalamualaikum.

Moh Rizal PBSI 1E

Unknown mengatakan...

Menurut saya ceritanya sangat menarik , mengisahkan tentang kehidupan warga Kendal yang hampir mayoritas ibu rumah tangga berkerja sebagai TKW . Tidak hanya itu , didalam cerita juga mengisahkan seorang anak yang harus ditinggal oleh ibunya bekerja keluar negeri . Namun hal tersebut tidak mematahkan semangat sang anak untuk melakukan kegiatan sehari - hari meski tanpa didampingi sang ibu.

Riyanto Mahaputro (1E)

mila sofia mengatakan...

Assalamualaikum Wr. Wb
Terimakasih kepada pengarang (Setia Naka Andrian). menurut saya, jika sudah mempunyai tekad dan bakat mengapa berhenti karena masalah klasik? rintangan memang selalu ada dalam setiap proses, namun yang terpenting adalah bagaimana caranya untuk melewati rintangan tersebut. film perdana dari RKFK sangat bermanfaat untuk membuat suatu perubahan ke arah yang lebih baik. mengapa harus ke Negeri orang jika Negeri sendiri kaya akan SDA. Walaupun sandang, pangan, papan tercukupi karena ibu menjadi TKW, tetapi rasanya berbeda , jika tidak berkumpul dengan keluwarga, terutama Ibu.
Terimakasih, sekian dari saya
Wassalamualaikum Wr. Wb

Mila Sofia (1E)

Unknown mengatakan...

Menurut saya karangan ini sangat bagus dan bisa menginspirasi pembaca karena kutipan tersebut bisa menjadi bahan referensi dengan apa yang perlu di perhatikan seperti kurangnya dana ketika pemotretan dan lain lain. mungkin hal ini di karenakan apresiasi masyarakat yang masih minim terhadap dunia perfilman padahal cerita yang di angkat sangat menarik dan bagi para penikmat film yang bisa di ketahui lewat kutipan penulis (setia naka adrian)

Khoirul imam 1e

Unknown mengatakan...

Assalamualaikum Wr.Wb.
Pertama saya mengucapkan terima kasih kepada "Setia Naka Andrian" yang telah menciptakan salah satu karyanya yang berjudul "Film dan Ikhtiar Kesadaran Kolektif".Karna menurut saya pribadi hal positif yang dapat diambil dalam cerita film tersebut adalah bagaimana masyarakat kendal dapatenyikapi dalam hal RKFK sendiri. Dan karya film tersebut dapat menumbuhkan rasa penasaran bagi pembaca,penonton,maupun audience yang menikmatinya. Lalu muncul rasa untuk saling bertanya dan ingin tahu tentang bagaimana merilis film tersebut walauoun dengan kondisi yang serba terbatas dan sangat sederhana. Tetapi ide dan pemikiran dalam pembuatan film tersebut tidak dapat dibilang mudah. Karna membutuhjan waktu yang tidak sebentar. Dan perlu tekad yang kuat untuk dapat mewujudkan suatu karya yang dapat dipahami dari berbagai khalayak umum.
Wassalamualaikum Wr.Wb.

RATU PUTRI KUSUMA DEWI (1E PBSI).

Unknown mengatakan...

Assalamualaikum Wr.Wb.
Pertama saya mengucapkan terima kasih kepada "Setia Naka Andrian" yang telah menciptakan salah satu karyanya yang berjudul "Film dan Ikhtiar Kesadaran Kolektif".Karna menurut saya pribadi hal positif yang dapat diambil dalam cerita film tersebut adalah bagaimana masyarakat kendal dapat menyikapi dalam hal RKFK sendiri. Dan karya film tersebut dapat menumbuhkan rasa penasaran bagi pembaca,penonton,maupun audience yang menikmatinya. Lalu muncul rasa untuk saling bertanya dan ingin tahu tentang bagaimana merilis film tersebut walaupun dengan kondisi yang serba terbatas dan sangat sederhana. Tetapi ide dan pemikiran dalam pembuatan film tersebut tidak dapat dibilang mudah. Karna membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Dan perlu tekad yang kuat untuk dapat mewujudkan suatu karya yang dapat dipahami dari berbagai khalayak umum.
Wassalamualaikum Wr.Wb.

RATU PUTRI KUSUMA DEWI (1E PBSI).

Lia mengatakan...

Assalamualaikum wr.wb

Menurut saya film Reksa yang di buat oleh anak muda yang bertalenta sangat menginspiratif dan memotivasi kaum muda yang ingin sekali mencoba membuat film dengan latar belakang yang unik contohnya Musthofa yang baru berusia 19 tahun bisa membuat film dengan latar belakag yang cukup unik yaitu TKW yang melekat pada kehidupan sehari-hari.Sineas muda mengambil latar di Indonesia khususnya di pulau Jawa yaitu Kendal, banyak sekali orang yang ingin keluarganya sejahtera tapi dengan cara menjadi Tenaga Kerja Wanita yang bekerja di negara tetangga /negara lain yang pulangnya pun tidak menentu.Musthofa menceritakan semua yang di rassakan oleh sebagian besar supaya diatau bagaimana rasanya bekerjauntuk orang lain demi kesejahteraan keluarga yang di tinggalnya lama.
Sekian dan Terimakasih
Wassalamualaik wr.wb

Lia aisyida firdaus 1E

anggunrisanti mengatakan...

Assalamu'alaikum wr wb
Terimakasih kepada Bapak Naka Setia Andrian , Karena essay Bapak Naka membuat saya termotivasi untuk terus berkarya meskipun banyak keterbatasan dan halangan. Dalam segi perfilmannya bagus, mendidik, dan memberi kesadaran kepada masyarakat untuk menumbuhkan rasa kecintaan dan kepekaan terhadap segala sesuatu yang terjadi serta dimiliki daerahnya.
Terimakasih, Wassalam.
Anggun Risanti (1E)

ilfashofi mengatakan...

Terimakasih kepada penulis tautan ini (Setia Naka Andrian) bahwasannya pada blog diatas yang telah menginspirasi kita semua , khususnya bagi para kaum muda. Jadi saya akan mengambil cuplikan sedikit tentang film " Ikhtiar Kesadaran Kolektif" yaitu sebuah arti kehidupan para TKW dari kendal yang menyumbangkan tenaganya untuk negeri lain dan harus merasakan betapa jerih payahnya bekerja di luar negeri. Hanya untuk mendaptkan sebuah imbalan untuk menghidupi kesehariannya , maka dari itu film ini dapat memotivasi dan memberikan jiwa yang besar dan mempunyai semangat hidup.
Ilfa Shofia N (PBSI) 1 E

felina andani mengatakan...

Assalamualaikum w.r wb
Dalam sebuah film kita tidak perlu lagi mempertimbangkan lagi tentang komersial. Persoalan danapun tidak menjadi alasan untuk menghentikan roda kesenian. Film berjudul reksa dengan durasi 44menit gagal dalam menghampiri khalayak, tetapi film reksa ini dapat digemari oleh kalangan muda. Dalam sebuah cerita ini membahas tentang seorang keluarga yang istrinya menjadi seorang tkw di malaysia. Awalnya keluarga ini hidup sederhana tetapi setelah sang istri menjadi tkw hidup mereka berubah. Dari petikan film tersebut kita bisa menyimpulkan bahwa kkfk berupaya untuk menumbuhkan rasa kepekaan yang dimiliki daerah tertentu dan penyaksian film itu menyelamatkan riwayat kampung halaman.
Disini saya menyetunjui karna halnya anak muda yang lebih memberikan apresiasi terhadap film tersebut..
Terimakasih.
Felina Andani (1E)

Fara Dianti Ayu Wardani mengatakan...

Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Terima Kasih kepada penulis (Setia Naka Andrian)
Karena film Reksa ini dapat memotivasi kaum pemuda untuk terus berkarya dengan segala kekurangan yang ada karena dengan tekad yang kuat penggarapan film ini dapat terselesaikan dengan baik walaupun penggarapannya memakan waktu yang tidak sedikit.Film ini juga mendidik kaum pemuda untuk selalu andil dalam pengembangkan potensi yang ada disuatu daerah, dengan adanya peran pemuda tentunnya daerah tersebut dapat menjadi daerah yang maju. Kita sebagai kaum pemuda perlu mengapresiasikannya dan mempelajari kepada para sinies-sinies yang sudah berpengalaman.
Hal lain yang dapat diambil dalam film ini adalah kecintaan seorang ibu kepada keluargannya yang rela pergi keluar negeri menjadi TKW demi kebahagian suaminya.

Terimakasih.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Fara Dianti Ayu Wardani (1E)

Hanifah Nur Rizqi mengatakan...

Menurut saya karya tulis "Film dan Ikhtiar Kesadaran Kolektif” menginspirasi kita sebagai generasi muda yang bergerak didunia perfilm-an.Bahwa ide-ide kreatif dalam bidang seni harus tetap dilakukan,tanpa alasan apapun termasuk alasan tentang komersial. Sebagai contoh,pemutaran film perdana RKFK di daerah kendal yang cukup sederhana akan tetapi tetap menarik untuk ditonton. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat kita lebih menyukai film dibandingkan harus menonton teater atau harus menyelesaikan sebuah kisah dalam novel,apalagi film tersebut mengangkat sedikit kisah tentang kehidupan masyarakat Kendal yang tidak lepas dari unsur-unsur tradisi dan kebudayaan masyarakat Kendal.

Hanifah Nur Rizqi (1E)

ririnsela mengatakan...

Assalamualaikum wr.wb
Saya sangat mengapresiasi kepada ( Setia Naka Andrian ) karena telah menyadarkan para masyarakat dengan karya tulisnya yang berjudul "Film Dan Ikhtiar Kesadaran Kolektif".Yang saya tahu pembuatan film Reksa membutuhkan waktu yang sangat lama.Saya amat bangga kepada sinies perfileman daerah karena dengan perlengkapan seperti ruang seadanya,sound system ala kadarnya dan pencahayaan yang semena mena tidak membuat kendornya antusiasme masyarakat untuk berpartisipasi dalam memahami film Reksa tersebut.Patut berbangga kepada Mustofa sinies yang sangat begitu muda telah menginspirasi para pemuda lain dalam berkarya khususnya pada bidang perfilman.Dalam cerita tersebut kita dapat mengambil makna bahwa dalam kehidupan berkeluarga yang menjadi tulang punggung keluarga seharusnya Lelaki.Film Reksa tersebut sangat bermakna dan menyadarkan masyarakat khususnya kepada para TKW bahwa seorang anak masih membutuhkan kasih sayang oleh ibunya tidak hanya melewati materi melainkan juga batin dan perhatian.Dalam pernyataan tersebut dapat kita lihat bahwa masyarakat lebih menyukai dunia perfilman dari pada seni yang lain.Untuk para sinies perfileman indonesia tetap semangat dan jadikanlah perfileman indonesia sebagai pedoman film masyarakat.
Wassalamualaikum wr.wb




Ririn selalisti 1E

Unknown mengatakan...

Assalamualaikum Wr. Wb.
Saya memberikan apresiasi yang sangat kepada penulis ( setia naka adrian ) yang terlah mengutip perihal di atas yang memberi kan kita wawasan dan ternyata masih banyak orang yang masih kurang memberikan apresiasi dalam penulisan karya seni sehingga banyak hal bermanfaat belum bisa sipetik dari sebagai pelajaran seperti yang di tulis dan juga yang bisa menginspirasi orang lain

Emmi zuliyanti mengatakan...

Assalamualaikum wr.wb.
Terimakasih saya ucapkan kepada Bapak SETIA NAKA ANDRIAN karena dapat menginspirasi kaum muda sekarang. Dalam cerita tersebut dapat menimbulkan semangat dalam beraktivitas dan berinovasi kepada kaum muda sekarang. Dengan membaca cerita "Film dan Ikhtiar Kesadaran Kolektif" dapat disimpulkan, bahwa membuat sebuah karya itu tidaklah mudah dan harus disertai dengan usaha. Dari cerita (Mustofa) film yang berjudul (Reksa) membuat saya kagum kepada sosok seorang ibu yang rela menjadi TKW dan hidup di negeri orang untuk menafkahi suami dan anaknya. Walaupun tak sepantasnya seorang istri mencari nafkah dan menjadi tulang punggung keluarga. Dan seharusnya suamilah yang harus sadar diri untuk mencari nafkah dan menjadi tulang punggung keluarga.
saya rasa film di atas harus segara ditayangkan agar masyarakat terutama untuk para suami agar dapat terinspirasi dengan cerita tersebut.
Wasalamualaikum wr.wb.

Unknown mengatakan...

Salam budaya!alhamdulillah tetap dalam lindungan tuhan maha budaya.
Sekilas dalam lentik malam ini,saya membaca sebuah tulisan dari bapak naka yang cukup lumayan membuat nafsu menulis saya jadi berontak,apalagi dari pembahasan di dalam tulisan ini yang memang sangat di butuhkan oleh seluruh kalangan manusia, karena tidak menutup kemungkinan di tahun yang akan datang film akan menjadi lahan bagi para penggliat untuk ajang pertempuran karya.namun permasalahan yang sering muncul adalah bahasan komersial.banyak dari kalangan penggliat film yang menetukan karya dengan komersial.pertanyannya apakah mungkin film tercipta tanpa komersial?.menilik dari bahasan di atas, film pun bisa tercipta tanpa komersial. Menurut saya,bahasan di atas sangatlah menarik, karena di modren sekarang banyak dari kalangan penggliat maupun penikmat film ingin berbaur tangan dalam perkembangan perfilman. Namun mereka sulit untuk menjangkau langit film yang sekarang di dominasi dari kalangan atas. Seharusnya mereka dari kalangan atas tersebut melihat kebawah lagi untuk merangkul mereka yang mampu berkarya tetapi sulit dengan faktor ekonomi. Sehingga mereka bisa ikut andil dalam wilayah perfilman. Keterbatasan kita menurut saya dalam segi perfilman adalah kurangnya sumberdaya manusia yang mampu mengayomi segala hal tentang perfilman dan mampu menjaring mereka yang berbakat tetapi lemah dalam ekonomi.

Trimaksih

Arfi Khairul Mujahid mengatakan...

Assalamuallaikum Wr. Wb
Saya Arfi Khairul(1E) PBSI NPM 17410175

Saya sangat mengapresiasi "Film dan Ikhtiar Kesadaran Kolektif" disitu saya dapat melihat bahwasannya pandangan kalangan anak muda itu lebih menyukai film daripada daripada membaca novel karena lebih praktis dan mudah dalam situasi bersantai. Dan dari sini saya bisa melihat bahwasannya setiap daerah pasti mempunyai kebudayaan masing-masing seperti judul film tadi "Reksa" itu film yang begitu cukup inspiratif bagi saya karena film tersebut menggambarkan sebagian besar tentang daerah Kendal dan memperkenalkan daerah tersebut dengan keragaman budayanya. Dan untuk TKW saya juga sangat mengapresiasi karena sangat mencintai negrinya sendiri Insonesia tetapi karena ada faktor yang mengganjal dari suaminya alhasil si ibu TKW menjalani kehidupannya dan nurut dengan suami.
Terimakasih
Wasaalamuallaikum Wr. Wb

Unknown mengatakan...

Assalamu'alaikum wr.wb
Saya Dimas Zakaria Maula 1E NPM 17410168
Menurut saya judulnya menarik membuat sang pembaca jadi tertarik ingin membaca karna di balik cerita masih ada cerita lagi kemudian film ini juga berlatarkan kearifan lokal kota Kendal. Namun sayang, saat peluncurannya di Pendopo Kendal tak ada satupun pejabat yang diundang menghadiri acara tersebut.
Terus yang membuat saya terkesan adalah dari film garapan mustofa,sineas yang menceritakan si reksa yang tidak merelakan ibunya jadi TKW kerja di malaysia.begitu pula ibunya tapi dia pergi jadi TKW karna dipaksa oleh sang ayah karna tak kuasa menahan godaan dari tetangganya
Terimakasih
Wassalamu'alaikum wr.wb

Unknown mengatakan...

Assalamu'alaikum wr.wb
Saya Dimas Zakaria Maula 1E NPM 17410168
Menurut saya judulnya menarik membuat sang pembaca jadi tertarik ingin membaca karna di balik cerita masih ada cerita lagi kemudian film ini juga berlatarkan kearifan lokal kota Kendal. Namun sayang, saat peluncurannya di Pendopo Kendal tak ada satupun pejabat yang diundang menghadiri acara tersebut.
Terus yang membuat saya terkesan adalah dari film garapan mustofa,sineas yang menceritakan si reksa yang tidak merelakan ibunya jadi TKW kerja di malaysia.begitu pula ibunya tapi dia pergi jadi TKW karna dipaksa oleh sang ayah karna tak kuasa menahan godaan dari tetangganya
Terimakasih
Wassalamu'alaikum wr.wb

jotidarkryuu mengatakan...

Assalamualaikum wr.wb
Saya Joti 1c npm 17410097
Menurut saya judul serta isi dari film tersebut sangat menginspirasi pembaca. Banyak sekarang ini ditemukan kasus yang seperti itu seorang ibu rela meninggalkan anak serta keluarga sendiri hanya untuk memperbaiki perekonomian. Tapi kalo dipikirkan lagi sebenarnya seseorang tidak perlu bekerja keluar negeri, sebenarnya masih banyak pekerjaan yang bisa dilakukan selama kita mau berusaha semaksimal mungkin. Film ini sungguh menginspirasi sekali

Terimakasih
Wassalmu'alaikum wr.wb