Gagasan
Gemilang dari Paguyuban Jomblo Pura-Pura Bahagia Indonesia Komisariat UPGRIS
Menjelang Wisuda
Oleh Setia Naka
Andrian
Ada satu
persoalan cukup parah yang dialami bagi para mahasiswa jomblo. Yakni saat
mereka harus menghinggapi panggung wisuda!
Coba bayangkan,
pada sebuah momen yang sangat ditunggu-tunggu bagi segenap kaum intelektual
kampus, namun pada saat itu hanya merayakan seorang diri. Di hadapan kedua
orangtuamu, kau berdiri mematungkan badan seorang diri. Lalu banyak orang yang
melihatmu mbatin dengan saksama, "Lho maaf ya, ini situ wisuda Taman
Kanak-Kanak atau wisuda sarjana? Kok ya masih saya hanya ditemani orangtua
semata?"
Meskipun
sesungguhnya bapak/ibumu bakal mbatin pula, "Dosa apa anakku ini, ya
Tuhan. Sungguh malang sekali nasibmu, Nak. Padahal kami berharap, lengkap sudah
kebahagiaanmu pada saat wisuda ini. Tapi malah menjadi lengkap sudah
deritamu!"
Begitulah
beberapa hal yang menjadi tradisi was-was, tragedi penderitaan mendalam, atau
apa saja yang kerap dikaitkan dengan seabrek hal-hal yang ngenes-ngenes. Bahkan berdasarkan hasil riset kontemporer yang dilakukan oleh Paguyuban Jomblo
Pura-Pura Bahagia Indonesia Komisariat UPGRIS, menyimpulkan bahwasanya
penderitaan yang dibarengi dengan kewaspadaan serupa ini sudah dialami semenjak
mereka baru saja memulai menjalani kehidupan kampus. Selepas mereka lulus dari
SMA!
Coba bayangkan,
Mblo! Mereka sesungguhnya sudah merencanakan sedemikian rupa dengan upaya yang
dirasa begitu tak terhingga untuk mencari pasangan! Dibela-belain harus
melakukan pendekatan sana-sini, dibela-belain harus mengikuti kegiatan kampus
ke sana-sini. Bahkan rela setiap saat menjadi ojek dadakan tanpa prabayar atau
pascabayar! Namun tetap saja, segala itu tiada hasil apa-apa.
Hasil riset
kontemporer itu setidaknya juga memberi jawaban signifikan, bahwa saat
bimbingan skripsi berlangsung pun mereka masih saja cemas, memikirkan hendak
berfoto dengan siapa saat bertoga nanti?
Akhirnya setelah
berjalan beberapa kali wisuda. Selepas direnungkan sedalam-dalam, dan daripada
bersusah payah memikirkan segenap peta penderitaan itu. Maka berjumpalah
mereka, para jomblowan-jomblowati dengan gagasan besar yang tidak lain
disengkuyung secara akbar oleh Paguyuban Jomblo Pura-Pura Bahagia Indonesia
UPGRIS.
Mereka ciptakan
sebuah usaha menengah ke atas ke bawah ke samping kanan dan ke kiri secara
mendalam, akurat dan terpercaya. Usaha itu tak lain adalah usaha jasa sewa
pasangan untuk wisuda!
Paling tidak,
bagi mereka, ada kebahagiaan kecil-kecilan yang didapati sesaat selepas ritual
wisuda usai dijalani. Mereka bisa berfoto dan pamer pasangan kepada orangtua
dan sanak-saudara. Meskipun sesudahnya mereka akan kembali dan bermula lagi
pada penderitaan sebelumnya. Pertanyaan-pertanyaan panjang akan berjatuhan
kembali, yang tak lain dari bapak/ibumu, "Mana seseorang yang sudah sempat
kau ajak berfoto bersamamu saat wisuda? Yang sudah sempat kau kenalkan kepada
bapak/ibu saat wisuda itu? Kapan ia akan diajak ke sini untuk membicarakan
segala sesuatunya menuju ke jalan yang lebih matang?"
Foto kamu
dan pasangan sewaanmu sudah terlanjur dipajang di ruang tamu. Setiap ada tamu
datang pasti akan bertanya kepada bapak/ibumu. Kamu dan pacar sewaanmu
tersenyum manis dan sangat bahagia. Namun sebatas dalam foto yang bersemayam di
dinding itu saja. Tidak lebih. Sungguh, demi Tuhan, tidak bisa lebih dari
itu.***