Kau tak tahu bagaimana
lampu merah memperbudak dirimu dengan kekerasan. Bunyi klakson bersautan begitu
kencang dan aroma keringat yang berhamburan di aspal tak membuatmu sadar. Bahwa
di lampu merah, orang-orang memiliki kecemasan paling tunggal. Di lampu merah,
mereka menjadi saling tak percaya. Di lampu merah, mereka tak pernah bertatap
sapa.
Smk Yaphar, Februari 2015
Kehidupan Aneh di Balik Jendela
Ada kehidupan yang aneh di balik jendela. Banyak yang menganggapnya
sebagai perlintasan perasaan
orang-orang putus asa. Di sana, berisi para nelayan dengan takdir lautnya. Para pendoa dengan
segenap nuraninya. Para pendekar dengan genggaman pedang di tangan
kirinya. Hingga para seniman dengan sepasang sayapnya. Di balik jendela, mereka saling membicarakan
keanehan yang saling berburuk sangka.
Smk Yaphar, Februari 2015
Hujan, Maukah Kau Jadi Temanku
Hujan, maukah kau menjadi
temanku. Pagi ini sungai telah terlanjur menggantung dirinya di atap kamar. Ia
sudah kesal menjadi tragedi, banjir, badai dan pengusik ketenangan para pejalan
kaki yang setiap malam selalu menjaga mimpi orang-orang. Hujan, datanglah di
kamarku malam ini, ya. Kamu harus janji, karena aku ingin kau menjadi laut di
atas tempat tidurku. Agar pagi hari ketika terjaga, nyawaku merasa kedinginan
melihat bantal yang semakin berlubang. Setelah semalam kusaksikan selimut
menjadi ombak yang bertubi-tubi melubangi badannya.
Smk Yaphar, Februari 2015
Televisi yang Membesi
Bagaimana mungkin dunia
akan lebih serius menjadi takdirnya, jika matamu setiap hari mewarisi ragam
warna yang bertebaran dari telenovela-telenovela. Dan kau katakan, perjalanan tak
pernah selesai.Walau baru sekadar cita-cita, kau sudah putuskan untuk menjadi mereka
yang menikmati aroma parfum pacar-pacarnya. Hingga akhirnya selepas tayangan
itu selesai, kau menjadi sangat bisu untuk sekadar mengintai diri sendiri. Di
kepalamu, televisi telah membesi.
Smk Yaphar, Februari 2015