Nenek berkebun. Tanah
basah membentuk dadamu yang pecah. Ibu-ibu muda menjemur punggungnya. Palawija
ditanam. Pundak mereka dijatuhkan di sungai. Kita terapung di sela malam
minggu. Kabar baik ditunggu dari panen tahun depan. Seperti apa lagi wajahmu di
pagi hari. Nenek memilih menjadi gubug. Tidur sebagai kebun.
Upgris, November 2015
Seribu Tahun Bernyanyi
Seribu tahun bernyanyi.
Mengisi mulut dengan nada bahaya. Orang-orang pergi selepas dunia menyalakan
lampu. Televisi meledak. Anak-anak kecil menari. Mengolesi perutnya dengan
minyak angin. Lalu kita saling tebak, siapa paling bau badan. Di mana hari
terakhirnya kehilangan hidung. Lalu apa kabar tuan rumah. Setelah setahun
lamanya, kita tak sempat berpesta. Ini menjadikanmu semakin manja. Dadamu
begitu saja dihiasi gambar kepala. Kau kecewa dengan seribu tahun. Lagu-lagu
dimakamkan di lubang telinga.
Upgris, November 2015
Masa Depan Ingatan
Suatu saat, kita tak lagi
ingat kapan bertemu. Kapan sempat bertukar dada. Bahkan di halaman belakang,
nenek tidur tanpa pakaian. Kakinya mengajari kita bagaimana menjadi tubuh yang
ringan. Kau belum sanggup membalas gerakan tangannya. Tubuhmu malu-malu. Aku
melihat panjang rambutmu berserakan di atas detergen. Luka ditumbuhkan dari
jarak terpisah menuju alamatmu. Lalu kau akan tahu bagaimana bulan berbentuk
madu. Kita saksikan panjang rambut berjengkal selepas keramas. Di atas suara
yang tumbang. Panggung berhadapan di pematang. Air mengering dari sungai.
Pelan-pelan muka kita dicari kenangan. Keadaan tumbuh di lapangan. Siapa yang
berani menjadi dirimu. Rumah-rumah menyaksikan dalam tinggi bahasa. Kau menikmati
lagu di tepi sungai kering. Anak-anak diciptakan dari nada boneka.
Upgris, November 2015
Pengendara Becak
Becak bertengkar. Pembeli
cabe kabur. Obat nyamuk melukai dirimu. Kata-katamu belum selesai. Seperti
langit yang belum sore. Wajahmu menyibak aroma kamar. Semua orang pergi setelah
mulut terbakar. Memilih merapikan baju tanpa celana. Katamu, jangan ada malu.
Harga-harga berhenti, becak-becak melarikan diri.
Upgris, November 2015
Kepala Merdeka
Semerdeka apa kepalamu.
Tumbuh berapa lama ubanmu. Harusnya, setiap malam kita tak usah bertemu. Gerai
saja rambutmu. Ukur panjangnya hingga menghangatkan bantalmu. Jangan lupa
banyak bercanda. Kita samakan suara dengan petasan tetangga. Hingga semua jatuh,
mengakhiri di urat lehermu.
Upgris, November 2015
Kabar Boneka
Pagi ini, kita simak
penjara. Orang-orang menjadi museum untuk dirinya sendiri. Jadwal makan menjadi
masa lalu yang dilupakan. Kau pindah tempat tidur. Di atas batu, kau banyak mengigau
lepaskan bola mata. Kaki dan tanganmu memegang perut. Garis-garis diberitakan dalam
celana.
Upgris, November 2015
4 komentar:
keren banget diski. tapi kenapa gelap di otak saya? hehehe ...
Debi Eriani PBSI 2C
Menurut saya, puisi "Kabar Boneka" seakan akan menggambarkan seseorang yang sudah tidak bernyawa.
Bahasa dari sekian banyaknya puisi sangatlah bagus dan dapat menjadi motivasi untuk menciptakan sebuah karya.
Vivin Shafa Undriyani 15410117 PBSI 4C
puisi yang berjudul Kabar Boneka sangat jelas untuk didapati makna nya. bahasa yang mudah dimengerti membantu pembaca untuk memahami isi puisi tanpa harus berfikir sangat keras.menurut saya puisi nya bagus pak. gaya bahsa yang dibuat riang walau memiliki makna yang dalam.
keren pak..
Posting Komentar