Pesta
Pesta inilah yang kau
tunggu. Kau sering bilang, ini pesta setahun sekali. Semua harus dijatuhkan di
sini. Saban hari dalam sebulan, kau mengabarkan pesta ini kepada siapa saja.
Kepada tetangga, teman dekat, segenap sanak saudara, pohon-pohon, tumbuh-tumbuhan,
bahkan kepada tulang-tulang di tubuhmu sendiri. Agar ketika pesta nanti, kau
menjadi kuat. Kaki-kakimu lantang mengantarmu mengunjungi rumah-rumah.
Tangan-tanganmu tak pernah kelelahan menjabatkan cerita-cerita kebaikan. Hingga
akan banyak teman bersamamu. Mereka semua bahagia. Kau pasang tubuhmu dengan
makanan paling enak, minuman paling segar, buah-buahan paling vitamin. Katamu,
pada pesta nanti, orang-orang akan lahir kembali dari pintu-pintu ajaib. Pintu-pintu
maaf, pintu-pintu kerelaan, dan bahkan pintu-pintu doa untuk masa depan yang
panjang. Sungguh, pesta ini yang sangat kau tunggu. Semua telah kau kenakan dan
kau persiapkan dengan sangat matang. Katamu, pada malam pesta nanti, petasan
akan kau ledakkan di hatimu. Kecurigaan, kekecewaan, kesombongan, semua akan
terpecah-belah. Katamu, itu pertanda pesta telah dimulai. Dan pada malam itu
pula, juga bisa jadi pesta telah diakhiri. Ketika kau masih nampak cemas.
Ketika tangan-tanganmu begitu dingin. Ketika kau masih memburu pesta-pesta lain
yang hendak kau tuju. Jika masih begitu, pesta akan hancur. Di tubuhmu,
kain-kain merobek kulitmu. Hatimu akan pecah. Berantakan. Darah mengucur ke
mana-mana. Membasahi matamu.
Sanggargema, Juli 2015
Manusia Alarm
Alarm telah dibunyikan.
Diam-diam kau menyumbat telingamu sendiri. Orang-orang dilarang masuk. Mereka
berlari-lari mengantri. Memburu suara-suara. Alarm semakin dibunyikan. Tanda
bahaya tiba-tiba dimatikan.
Sanggargema, Juli 2015
Awal Mula Kemanusiaan
Barangkali di sinilah
awal mula kemanusiaan. Barang-barang dijual tanpa uang. Kebaikan-kebaikan
bergelimang dari tangan-tangan di atas tengadah. Orang-orang berlarian meniti
kehidupan tanpa diam-diam. Mereka tak pernah bersembunyi. Muncul dari gang-gang
yang biasa sepi. Dari jalan-jalan yang tak terbiasa dilalui orang-orang. Tubuh
mereka transparan. Berisi kabar-kabar yang selalu dijatuhkan dengan sangat
pelan. Mereka berbahagia sebagai manusia seutuhnya. Senyum-senyum lebar
beterbangan di jalan-jalan. Anak-anak berlarian. Menyalakan kemenangan. Dalam
genggaman, orang-orang mengisi rindu yang panjang-panjang. Dalam doa-doa yang
tak lagi berseberangan.
Sanggargema, Juli 2015
Kereta
Kereta akan segera
berangkat, Kawan. Kau masih saja tenang dalam gerbong-gerbong yang kosong. Di
tubuhmu masih banyak lubang-lubang yang sepi. Lalu mau kau kemanakan lagi
tubuhmu. Akankah sanggup sepenuh itu kau tinggalkan jiwamu yang belum matang.
Sudahkah kau siap. Kereta akan segera berangkat. Kau masih saja menggigil. Memandangi
lantai-lantai. Dibanjiri keringat. Di matamu. Di dadamu. Di lubang-lubang yang
masih sepi itu.
Sanggargema, Juli 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar