Minggu, 12 November 2017

Puisi Setia Naka Andrian (Media Indonesia, 12 November 2017)


Perintah Demang Kalang

Telunjuk tanganmu,
Tak sebatas peringatan bagi kami
yang diam
Demang ini, yang mengutus
anak buah terpilihnya
untuk menyibak hutan

Mereka menyebut diri
dengan bubak yoso
Telunjuknya menuju Coyudo
Kakinya seakan lihai
menggelinding sendiri
Membuka areal pemukiman
di wilayah Gemuh sebelah barat

Coyudo inilah tokoh kami
yang mengawali
dukuh Wanglu Krajan
melahirkan diri di Poncorejo

Lambat laun, selepas
Coyudo mampu
melaksanakan tugas mulia
mencetak kampung,

ia membawa keluarga
dan sanak saudaranya
untuk tinggal dan menempati
muara hidup kami

Kami memulai suara baru,
mencipta kepantasan berkali-kali
Menimbun keganasan bertubi-tubi

Kendal, Juli 2017


Rumah Tak Berwujud

Sebagai rumah,
kami memilih
untuk tinggal di tengah

Sebagai tanah,
kami memilih
untuk sesekali dalam tengadah

Sebagai air,
kami kerap memilih
tinggal di rumah lain
Yang sama sekali

Sebagai wujud,
Kepada siapa
yang paling pantas
untuk kelalaian kami?

Kendal, Juli 2017


Berapa Meter Angkat Kaki

Sudah berapa meter
kau angkat kaki, Kalang
Lihatlah, Wanglu Krajan
telah bekerja
di kota besar itu
kau nampak seperti api
Jakarta semacam kabut
Yang menyambar
kening-keningmu

Sudah berapa meter
kau angkat kaki, Kalang
Lihatlah, Wanglu Krajan
telah pandai menciptakan
orang-orang baru

Para pekerja membabi-buta
Lihatlah mata mereka, Kalang
Dari nyalanya,
nampak para prajurit
Berkejaran dengan bayangannya
Hingga menjelang
masa akhir tugasnya
Mereka menemukan
pasangan hidup
Dari tepi
bayangannya sendiri

Sudah berapa meter
kau angkat kaki, Kalang
Lihatlah, Wanglu Krajan
telah menjadi orang tua
Mereka tiada lagi dapat
mempertahankan perkawinan
yang kini dikatakan kuno

Sudah berapa meter
kau angkat kaki, Kalang
Lihatlah, Wanglu Krajan
telah mengubah perkawinan
endogami menjadi eksogami

Lihatlah Kalang,
Perjodohan anak-anakmu pun
mengikuti arus perubahan zaman
seperti masyarakat desa-desa lain
Yang kian meninggalkan
muara-muaramu

Kendal, Juli 2017


Ajari Kami Menjadi Beban

Kalang, ajari kami menjadi beban
Tujuan yang bukan pilihan
banyak orang

Kalang, ajari kami menjadi beban
Dunia yang tak dikehendaki
banyak orang

Kalang, ajari kami menjadi beban
Alam pikiran yang tak dipikirkan
banyak orang

Kalang, ajari kami menjadi beban
Seperti yang kau haturkan
Untuk kekekalanmu sendiri

Kalang, ajari kami menjadi beban
Menjadi surga kecil
Menjadi belantara hening
Yang sanggup mengurusi kami
Sebab berhari-hari ini,
lelap telah melanda batin-batin kami

Kendal, Juli 2017


Mesin Penghancur

Kaulah mesin penghancur itu,
Yang mengajarkan kami
Semakin jauh
Meninggalkan banyak jejak
di sekitar rumah-rumahmu

Kaulah mesin penghancur itu,
Yang menjadikan kami
Semakin ragu
Untuk menjawab
Permintaan-permintaanmu

Kaulah mesin penghancur itu,
Yang menuntun kami
Semakin menemukan cara baik
Untuk mengejar banyak wirid
Yang tak pernah kau kehendaki

Kendal, Juli 2017


Jadikan Kami Muridmu

Wanglu Krajan,
Jadikan kami murid-muridmu
Jadikan kami abdi
bagi amalan guru-guru

Wanglu Krajan,
Jadikan kami murid-muridmu
Turunkanlah kepada kami
Kepada kepala-kepala kami
Yang telah lama
Menjadi abdi
bagi benak kami sendiri

Wanglu Krajan,
Jadikan kami murid-muridmu
Bangunkanlah rumah lain
di tubuh kami
Agar alam tak pernah redup
Untuk tak sekalipun
Mengubah arah kemudi
dari segenap petunjuk-petunjukmu

Kendal, Juli 2017



Tidak ada komentar: