Selasa, 24 Januari 2017

Resensi Remang-Remang Kontemplasi oleh Usman Roin (Tribun Jateng, 22 Januari 2017)

Belajar Budaya Lewat Esai

Judul Buku        :  Remang-Remang Kontemplasi: Bunga Rampai 2009-2016
Penulis                :  Setia Naka Andrian
Penerbit              :  Rumah Diksi Pustaka, Kendal
Cetakan              :  November 2016
Tebal                   :  x + 248 halaman
ISBN                   :  978-602-6250-25-4

MEMBACA-esai satrawan kadang membingungkan karena begitu dalamnya kata yang digunakan untuk mewakili ungkapan rasa, ide dan gaya pemikirannya. Hingga, orang awam kadang tidak bisa langsung memahami apa yang disampaikan. Namun siapa sangka melalui buku ”Remang-Remang Kontemplasi” karya Setia Naka Andrian ini, pembaca akan dibawa pada gaya bahasa yang renyah dalam menyikapi persoalan dunia bila ditinjau dari aspek budaya dan sastra. Terlebih, penulis juga fasih soal sastra dan budaya.
Buku ini hadir sebagai pergulatan ide yang ’mahal’, karena dihimpun dari gagasan-gagasan kecil yang muncul untuk kemudian diteruskan melalui sebuah kontemplasi  yang alhasil kemudian disajikan menjadi utuh. Maka saat membaca buku ini pembaca akan mendapati esai dari tiga hal, mulai dari seni budaya, satra, dan pendidikan. Semua esai tersebut punya nafas budaya dan sastra yang begitu kental namun bukan yang membingungkan melainkan lugas, nyata, dan mampu menguliti sebuah ide persoalan yang terjadi tanpa tirai selembarpun.
Buku setebal 248 halaman ini sebenarnya karya yang telah disajikan sudah terlebih dahulu tayang di beberapa media masa. Tentu ini menjadi nilai plus karena secara konseptual pemikiran sudah dilemparkan ke publik untuk kemudian coba dihimpun dalam bunga rampai secara utuh.
Akhirnya, betapa mahalnya nilai buku ini karena gagasan ’yang tercecer’ kemudian coba disatukan menjadi buku dan dihadirkan ke pembaca. Pesannya tidak lain agar saat punya ide segera olah, jangan didiamkan melainkan dilanjutkan dalam kontemplasi yang mendalam. So, buku ini layak dibaca karena mengajak kepada pembaca membangun potensi kreatif diri yang terpendam agar bisa dibaca orang lain.
 


Peresensi  :  Usman Roin
Mahasiswa S2 PAI UIN Walisongo Semarang

dan Penulis Buku ’Langkah Itu Kehidupan’.

1 komentar:

Didianti.blogspot.com mengatakan...

Pemahaman seseorang dalam memahami sebuah karya terlebih esai tentulah berbeda, bahkan menurut saya sulit dan tidak dapat dipahami hanya dalam sekali baca.

Tetapi dalam buku Bpk yg berjudul " Remang-Remang Kontemplasi" tersirat sebuah pesan yakni " saat punya ide segera olah, jangan didiamkan melainkan dilanjutkan dalam kontemplasi yang mendalam". Itu perlu kita contoh sebagai generasi penerus. Karena percuma jika kita memiliki sebuah ide maupun gagasan tidak diimbangi dengan merealisasikannya melalui karya.

Dian hardiyanti/4C