Selasa, 10 Januari 2017

Narasi Bus Masyarakat Kita (Wawasan, 10 Januari 2017)

Narasi Bus Masyarakat Kita
Oleh Setia Naka Andrian

Kita tentu paham, transportasi umum di negeri ini tentu masih meriwayatkan berderet persoalan yang belum kunjung selesai. Terutama di Semarang. Meskipun Pemerintah Kota (Pemkot) telah menciptakan Bus Rapid Transit (BRT) Trans Semarang dengan patokan tarif yang begitu murah, sekali jalan hanya dengan biaya umum Rp 3.500, dan pelajar hanya Rp 1.000. Namun masih saja menyisakan pekerjaan rumah yang dilontarkan masyarakat. Misalnya saja terkait kenyamanan, ketersediaan bus, serta jalur operasi.
Wali Kota Semarang, Hendar Prihadi (Radar Semarang, Minggu, 8/1) mengungkapkan bahwa pihaknya terinspirasi atas peristiwa ‘Om Telolet Om’ untuk menarik minat masyarakat agar beralih ke transportasi umum. Momen tersebut dimanfaatkan Pemkot dengan meluncurkan armada baru. Godaan diberikan dengan sebanyak 20 armadanya dilengkapi dengan klakson telolet. Akan diluncurkan pada Kamis (12/1) untuk Koridor I Mangkang - Penggaron. Selanjutnya, pada bulan Februari 2017, akan diluncurkan armada Koridor V PRPP – Dinar Mas, dan Koridor VI Undip – Unnes.
Upaya penambahan armada bus BRT serta perbaikan lainnya yang dilakukan Pemkot Semarang, tentu menjadi jalan tersendiri dalam rangka pemenuhan alat transportasi umum yang memadahi. Hal tersebut tentu menjadi godaan tersendiri dan akan membentuk mental masyarakat kita untuk lebih menggemari angkutan umum daripada menggunakan kendaraan pribadi. Paling tidak, upaya tersebut akan sedikit mengurangi beragam persoalan lalu lintas, termasuk kecelakaan dan kemacetan di jalan raya.
Jika kita simak saat ini, kemacetan yang menggila sudah tidak lagi menjadi milik ibukota semata. Angka kecelakaan lalu lintas pun tiap tahun selalu meningkat. Kota-kota lain seperti Semarang, kini turut serta meramaikan persoalan tersebut. Barang tentu, kecelakaan, kemacetan, hingga kontak emosi bagi para pengguna jalan itu sebagian besar disebabkan karena kepadatan arus kendaraan.

Tak Percaya Angkutan Umum
Selama ini, masyarakat kita seakan tidak lagi percaya dengan keberadaan transportasi/angkutan umum. Mereka berdalih, bahwa dengan menggunakan angkutan umum, perjalanan mereka akan lebih lambat untuk sampai tujuan. Lebih lagi, perihal penyelenggara jasa angkutan umum yang dinilai kerap kurang berpihak kepada masyarakat kita. Serupa dengan sepenggal pengisahan God Bless dalam lagunya Bis Kota berikut.
Kulari mengejar laju bis kota. Belomba-lomba saling berebutan. Tuk sekedar, mendapat tempat di sana. Kucari dan terus kucari-cari. Namun semua kursi telah terisi dan akhirnya aku pun harus berdiri. Bercampur dengan peluh semua orang. Dan bermacam aroma bikin kupusing kepala. Serba salah, nafasku terasa sesak. Berimpitan berdesakan, bergantungan. Memang susah, jadi orang yang tak punya. Kemanapun naik bis kota.
Dalam lagu tersebut, begitu jelas bagaimana bus kota diriwayatkan. Berebut bus kota, kursi penuh, serta bermacam aroma keringat yang membuat udara pengap. Hingga ditegaskan, dengan terpaksa bus kota akhirnya hanya diminati orang-orang tak punya saja. Dikisahkan oleh /rif, dalam pengisahan serupa, bus kota hanya dinikmati bagi orang tak punya saja, Salah Jurusan. Tapi sayang uangku tak cukup. Hanya cukup untuk bayar bis. Tapi sayang uangku tak cukup. Hanya cukup untuk bayar bis kota. Ku terjepit dalam bis. Yang telah penuh beraneka aroma.
Lagu berjudul Bis Kota yang dipopulerkan Franky Sahilatua pun memberikan ruang pengisahan serupa mengenai bus kota. Berikut syairnya, Berjalan di bawah lorong pertokoan. Di Surabaya yang panas. Debu-debu ramai beterbangan. Di hempas oleh bis kota. Bis kota sudah miring ke kiri. Oleh sesaknya penumpang. Aku terjepit disela-sela ketiak para penumpang yang bergantungan. Bis kota sudah miring ke kiri. Oleh sesaknya penumpang. Aku terjepit disela-sela ketiak para penumpang yang bergantungan. Berjalan di bawah lorong pertokoan. Di Surabaya yang panas. Debu-debu ramai beterbangan dihempas oleh bis kota.
Belum lagi yang dikisahkan Slank dalam lagunya berjudul BMW. Kemacetan, kesumpekan, menjadi santapan masyarakat kita. Berikut penggalan syairnya, Kebenaran mau rekaman di Jack Sound. Naik bis dari Potlot ke Pluit. Jalanan berantakan, semberautan. Agak sumpek, macet... Sore hari capek habis rekaman. Naik taksi dari Pluit ke potlot. Biar cepat terpaksa lewat jalan tol. Tetap aje (uughhh) macet...
Beberapa lagu tersebut, setidaknya telah mewakili seabrek riwayat persoalan transportasi umum kita. Bus sebagai salah satu angkutan umum yang sesungguhnya diidamkan masyarakat kita. Namun karena angkutan umum kita banyak menyisakan persoalan, akhirnya mereka lebih memilih untuk menggunakan kendaraan pribadi.

Mengakar Lama
Walaupun sesungguhnya, narasi bus sudah begitu lama mengakar di benak masyarakat kita. Jika kita tengok, misalnya saja pada anak-anak muda (remaja) sejak era 60-an, mereka telah menggemari dan begitu akrab dengan narasi tentang bus. Hingga mereka tergiring melalui pengisahan syair Koes Plus dalam lagu Bis Sekolah, dalam penggalan berikut. Bila ku pergi bersama kekasihku. Ku kan merasa gembira riang slalu. Bila menunggu sendiri. Sendiri hatiku sunyi. Dan hatiku kan bernyanyi. Bernyanyi lagu sepi. Bis sekolah yang kutungu. Kutunggu tiada yang datang. Ku telah lelah berdiri. Berdiri menanti nanti.
Narasi tentang bus bagi masyarakat kita, tentu telah meriwayatkan banyak hal. Dari mulai kritik terhadap gerak roda transportasi, fenomena telolet yang menggila, upaya pemerintah dalam menanggapinya, hingga pada wilayah keindonesiaan. Barang tentu, cerminan masyarakat kita akan begitu nampak ketika berada di bus. Misalnya saja, bagaimana penyikapan ‘kelelakian’ atau ‘kepemudaan’ masyarakat kita. Bagaimana laku kita ketika melihat ada penumpang lain yang berjenis kelamin perempuan, ibu-ibu yang menggendong anak, orang cacat, atau bahkan bagi penumpang yang lebih tua. Kita akan tetap diam saja, pura-pura baca buku, pura-pura memejam (mengantuk), atau kita relakan tempat duduk kita untuk mereka. Walaupun sudah pasti, banyak tempelan di bus yang mengingatkan kita.***


─Setia Naka Andrian, lahir dan tinggal di Kendal. Pengajar di Universitas PGRI Semarang. Buku puisinya “Perayaan Laut” (April 2016). Saat ini sedang menyiapkan penerbitan buku puisi keduanya “Manusia Alarm”.

8 komentar:

Didianti.blogspot.com mengatakan...

Saya mungkin akan setuju dengan ageda Bpk Walikota Semarang yg akan menambah armada transportasi umum BRT koridor 6 dg jalur UNDIP-UNNES. Karena menurut teman saya di UNNES transportasi yg tersedia hanya angkot, itupun tidak setiap jam tersedia. Menyebabkan tidak efesiensinya waktu. Terlebih bagi sebagian mahasiswa maupun masyarakat yang tidak memiliki kendaraan tentulah menjengkelkan menunggu angkot yang tidak setiap mereka membutuhkannya langsung tersedia dan lewat secepat prediksi mereka. Dian hardiyanti/4C

Baru Memulai mengatakan...

saya Eva Rahmawati 4C. kendaraan umum memang kurang diminati masyarakat, karena jam keberangkatan yang kadang tidak pasti dan kejadian yang memungkinkan akan terjadi jika mengalamai transit. apabila kita menggunakan kendaraan pribadi pasti kita dapat menghemat waktu. jika wali kota menambahkan armada untuk BRT untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat apa sudah dipertimbangkan kembali. jika masyarakat bekerja hingga larut malam apalagi jika lembur apakah BRT masih beroperasi? mungkin jika masih masyarakat akan kembali menggunakan transpotasi umum.

Nita Pramilasari mengatakan...

Nita Pramilasari 4C
Kebijakan Wali Kota Semarang untuk menambah transportasi umum memang pantas untuk diwujudkan, mengingat banyaknya pengguna jalan yg didominasi kendaraan umum khususnya sepada motor agar mengurangi kemacetan di Kota Semarang. Wali kota juga harus membuat kenyamanan kendaraan umum supaya masyarakat tidak beranggapan menaiki kendaraan umum akan menyita waktu, berdesak desakan dan lain sebagainya. Bila kendaraan umum yg sudah memadai tugas pemerintah selanjutnya ada menumbuhkan kesadaran masyarakat agar mulai membiasakan diri menggunakan kendaraan umum ketimbang menaiki kendaraan pribadi untuk mengurangi kepadatan jalan.

Muhammad Rizqon Hilmo mengatakan...

M Rizqon Hilmi 15410055.kelas:4b.Saya setuju dengan kebijakan pemkot Semarang yang akan menambah jumlah armada bus brt.Dengan penambahan tersebut diharapkan akan mengurangi kemacetan di jalan raya,selain itu penambahan bus brt juga sangat perlu karena di zaman sekarang ini pertumbuhan penduduk sangat cepat jika hal tersebut tidak diimbangi dengan jumlah alat transportasi yang sepadan tentu tidak baik. untuk hal kenyamaan di dalam bus menurut saya kurang nyaman karena mayoritas supir brt jika penumpangnya sudah penuh masih dipaksakan untuk mengangkut penumpang lain jadi membuat para pengguna brt kurang nyaman dalam menikmati perjalanannya.

Muhammad Rizqon Hilmi mengatakan...

M Rizqon Hilmi 15410055 kelas 4b. Saya setuju jika pemkot Semarang akan menambah armada bus brt sebagai alat transportasi masyarakat, karena dengan begitu dapat mengurangi kemacetan di jalan raya. Orang-orang yang bisanya naik kendaraan pribadi diharapkan lebih memilih menggunakan jasa transporatasi bus brt. Penambahan armada bus sangat tepat, karena dengan jumlah pertumbuham penduduk yang semakij banyak harus diimbangi dengan jasa transportasi seperti bus brt. Mengenai kenyamanan di dalam bus brt saya berpendapat bahwah di dalam bus tidak nyaman, karena para supir mayoritas meskipun penumpangnya sudah penuh masih tetap mengangkut penumpang yang lain sehingga di dalam bus menjadi ramai dan drmpet-dempetan antara penumpang,ini tentu tidak membuat nyaman bagi penumpang untuk menikmati perjalanannya.

Unknown mengatakan...

Ismi Azahra 15410041 4A
Kebijakan Wali Kota Semarang sangatlah tepat untuk mengurangi tingkat kemacetan dan tingkat kecelakaan yang ada di Semarang, dengan menambah armada bus BRT. Bukan hanya menambah armada saja, tetapi Wali Kota Semarang dapat menambah pula tingkat kenyamanan untuk masyarakat sekitar. Banyak masyarakat yang mengeluh apabila bus datang terlambat, tempat transit yang sangat sedikit, dan bus yang sudah tidak layak pakai. Jika sudah demikian pemerintah harus cepat turun tangan untuk memperbaiki semuanya, agar dapat menciptakan kenyamanan dalam berarmada bus BRT.
Bukan hanya menambah armada bus BRT, tetapi pemerintah juga dapat menambah angkutan umum yang ada di Semarang. Dengan menambah berbagai macam angkutan umum, pemerintah juga dapat membuka lapangan pekerjaan bagi yang pengangguran.

Setia28 mengatakan...

Setia wahyu ningsih PBSI 4B

sangat disayangkan sekali jika pemerintah sudah memfasilitasi namun tidak dimanfaatkan dengan baik dan bertanggung jawab , penambahan armada BRT ini memang membantu mengurangi masalah kemacetan di kota semrang, selain penambahan armada bus trans semarang juga dengan sistem jalan satu arah yang baru saja di resmikan pemkot semarang sangat membantu masalah kemaceta.

Eka Rizky Amaliyah mengatakan...

Memang benar bahwa masyarakat lebih banyak yang memilih menggunakan kendaraan pribadi daripada naik transportasi umum.
Alasan yang mengatakan bahwa laju transportasi umum yang lambat, sehingga banyak menghabiskan waktu sampai tujuan, mungkin bisa dianggap logis.
Karena pada kenyataannya bis seringkali menunda keberangkatan sebelum terpenuhinya tempat duduk. Bukan tidak mungkin jika mereka lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi.
Belum lagi ada alasan kenyamanan, karena dalam bis terkadang walaupun dalamnya sudah terisi penuh orang, masih saja membuka pintu untuk penumpang lain masuk, sehingga menambah sesak keadaan dalam bis, akibatnya untuk berjalan susah, berdiri juga terpepet-pepet.
Selain itu, ketidaklayakan kondisi bis namun masih beroperasi, membuat masyarakat banyak berpikir ulang untuk memilih naik transportasi umum, seharusnya kondisi bis juga perlu untuk diperhatikan dan dilakukan perbaikan, supaya tidak membahayakan nyawa penumpang.
Untuk rencana akan ada "bunyi telolet" disetiap armada baru, semoga menjadi salah satu cara yang sukses menarik minat masyarakat.
Penambahan armada bis juga rencana yang baik, supaya setiap bis tidak perlu banyak-banyak memuat penumpang sampai desak-desakan dan juga supaya tidak banyak menghabiskan waktu lama hanya untuk menunggu bisnya datang.
Kemacetan karena banyaknya masyarakat yang menggunakan kendaraan pribadi itu memang  benar, tetapi perlu disadari bahwa banyaknya mobil, truk bermuatan besar maupun truk gandeng yang seringkali suka mutar balik arah atau menyeberang bisa membuat kemacetan yang tidak ada ujungnya.
Semoga solusi dari Bapak Wali Kota Semarang mampu membuat ketertarikan masyarakat sehingga lebih memilih transportasi umum daripada kendaraan pribadi.
Dan untuk permasalahan macet, semoga cepat terselesikan.
(Eka Rizky Amaliyah 4c PBSI)