Minggu, 16 Agustus 2015

Puisi-puisi Setia Naka Andrian (Solopos, 16 Agustus 2015)

Perempuan Berhati Kaca

Di hatimu, pernah ditumbuhi kaca oleh ibumu. Ia berharap, kelak ketika kau terbangun dapat menyaksikan seberapa perempuan kau mendoakan hatimu sendiri. Ibumu juga ingin agar setiap hari kau melihat kakimu berjalan-jalan di antara banyangan dan kemesraan yang sering terbang di balik pemakaman. Sebagai perempuan yang memiliki sepasang sayap bertuliskan kekayaan. Berisi harta benda yang kau lepaskan di dadaku. Hingga akhirnya kita akan mati, membawa beban dan bahaya-bahaya.

Sanggargema, Januari 2015


Hari-hari yang Jauh dari Doa

Seperti kau, sebagai hari yang lain. Yang sempat dilupakan orang-orang: meninggalkan doa. Seperti halnya tanganmu, yang berjabat dengan kekasih teman. Lelah-lelahnya berpelukan menjadi leher. Menjadi ciuman, lipstik dan parfum.

Sanggargema, Januari 2015


Akhir Bahagia

Katamu, pagi ini ada yang lupa menaruh bahagia. Ia mengaku sebagai perasaan yang berlayar menelusuri rindu dan sisa kecemasan. Di matanya tumbuh tulang dan logam. Lalu tiba-tiba ada kepunahan yang berakhir setelah tangan dan kakinya berpindah di perut. Hingga akhirnya ia tak sanggup berbuat apa-apa, kecuali memejamkan doa yang ia akhiri di lubang hidungnya.

Sanggargema, Januari 2015


Rindu

Ada kelupaan yang kau tubuhkan di dadaku. Ia melakonkan kisah tragis seputar mimpi-mimpi yang dibacakan di batas cemburu. Kau tanyakan kepadaku, adakah yang aneh mengenai panjang rindu. Lalu kujawab dengan tayangan televisi, tentang gerai rambut dan shampo.

Sanggargema, Januari 2015

4 komentar:

Vivin Shafa Undriyani mengatakan...

Vivin Shafa Undriyani 15410117 PBSI 3C

Puisi yang bejudul HARI HARI YANG JAUH DARI DOA menurut saya sangat mengingatkan kita untuk senantiasa ingat dan slalu bersyukur atas segala nikmat apa saja yang diberikan oleh sang pencipta. Bahasa yang digunakan pun mudah dimengerti dengan gaya menceritakan yang menarik. menurut saya begitu pak naka, terima kasih.

Istiqomah Novitaningrum mengatakan...

Istiqomah Novitaningrum PBSI 3C 15410133
Puisi dengan judul Rindu. Dari judulnya saja saya pikir akan ada hal romantis yang mengiis di dalamnya, tapi ternyata saya justru tidak memahami apa maksud dari puisi Bapak ini. Memang puisi pak Naka selalu memiliki ciri khas tersendiri, penggunaan kata yang menarik akan tetapi saya sendiri menjadi kesulitan untuk memahaminya Pak. Mohon maaf

Rohayatun Nur Fadilah mengatakan...

Akhir Bahagia

Katamu, pagi ini ada yang lupa menaruh bahagia. Ia mengaku sebagai perasaan yang berlayar menelusuri rindu dan sisa kecemasan. Di matanya tumbuh tulang dan logam. Lalu tiba-tiba ada kepunahan yang berakhir setelah tangan dan kakinya berpindah di perut. Hingga akhirnya ia tak sanggup berbuat apa-apa, kecuali memejamkan doa yang ia akhiri di lubang hidungnya.

Sanggargema, Januari 2015

Setelah membaca puisi yang berjudul Akhir Bahagia, saya tahu bahwa kebahagiaan memang harus diperjuangkan, tidak mudah mempunyai rasa bahagia karena setiap orang sudah ditentukan berapa banyak porsi kebahagiaan dan berapa porsi kesedihan. Jika kita mampu membuat orang lain bahagia karena kita sendiri maka terlebih rasa bahagia itu ada dalam hati kita melebihi rasa bahagia yang kita punya.Selain itu bahagiakanlah orang yang kita sayang sebelum mereka pergi dan belum merasakan bahagia.

Rohayatun Nur Fadilah mengatakan...

Rindu

Ada kelupaan yang kau tubuhkan di dadaku. Ia melakonkan kisah tragis seputar mimpi-mimpi yang dibacakan di batas cemburu. Kau tanyakan kepadaku, adakah yang aneh mengenai panjang rindu. Lalu kujawab dengan tayangan televisi, tentang gerai rambut dan shampo.

PBSI 2D . 16410173
Menurut saya Puisi rindu ini agak sedikit aneh, atau mungkin ini hanya saya saja yang merasakan,tapi hal lain yang ada di dalam puisi ini ada keunikan sendiri. Judul rindu tetapi tidak mengungkapkan rasa rindunya,hehe